11 Mei 2014

We Call You "Dzikro"

Dzikro, yah itu adalah nama yang kami hadiahkan untukmu, Nak. 
Besar harapan kami agar kelak kau tumbuh menjadi manusia yang senantiasa mengingat darimana kau berasal, untuk apa kau hidup, dan kemana kau akan kembali. Semoga kau juga bisa jadi pengingat untuk kami- kedua orangtuamu- bahwa Allahlah satu-satunya yang layak untuk diingat disetiap hembusan nafas dan debaran jantung kami.

Kau hadiah yang tak pernah disangka-sangka.
Kau hadir melengkapi kebahagiaan kami menjadi lebih sempurna setelah Allah menitipkan kakakmu pada kami.
Meskipun kau belum ada di tengah-tengah kami, tapi kami bisa merasakanmu dan bisa bahagia karenamu
Hadirmu bisa menjadi pengingat bahwa Allah kuasa atas segala sesuatu.
Bahwa manusia boleh melukis keinginannya, namun Allah jua yang akhirnya akan memasangkan pigura baginya tertanda dia layak, atau menggantinya dengan lukisan yang lebih purna.

Yah, kaulah Dzikro bagi kami.


2 Mei 2014

A Place to Remember : Rumah Mungil


Selama hampir 22 tahun di dunia, sedikit sekali tempat-tempat yang sudah saya kunjungi. Bukannya saya tak suka traveling, tapi ada hal lain yang membuat saya tak bisa menjelajah sesuka hati kecuali kalau  diwajibkan pihak sekolah semacam studytour atau darmawisata. Tempat-tempat indah yang sudah saya kunjungi masih bisa dihitung dengan jari. Makanya, aduuuuh. Saya bingung banget mau menceritakan tempat yang mana untuk ikutan GA ini. Otak saya berputar, lalu saya putuskan untuk menuliskan keindahan rumah mungil saya (baca : kontrakan) ketika masih di Tangerang. Kok malah kontrakan sih? Apa nggak ada tempat yang lebih indah? Bagi saya sebuah tempat itu layak untuk diingat ketika banyak memberikan pelajaran hidup dan kenangan yang tak lekang dimakan waktu. Buat apa indah, tapi hanya meninggalkan kesan selintas?

Penampakan depan rumah

1 Mei 2014

Menangkap Berkah dengan Fruit Kepper

Setelah pindah ke Sumedang, banyak banget dari pihak keluarga atau tetangga yang sering nanya-nanya perihal pekerjaan suami. Saya sering bingung menjelaskannya seperti apa. Lha wong, tiap hari dia duduk manis di depan laptopnya. Saya bilang, suami saya kerja jadi programer komputer dan belajar membuat aplikasi atau game untuk android. Jadi ya, setiap hari kerjanya di depan laptop. Terus pertanyaan berlanjut kepada persoalan siapa yang ngegaji atau darimana bisa dapet uangnya? *ealaaaa, saya joged hawai dan salto mendingan. Orang-orang disini memang terbiasa dengan pekerjaan yang menguras banyak keringat. Melihat suami yang cuma nongkrong di kamar aja, ya jelas mereka heran. Untung mereka nggak ngira saya dan suami pelihara babi ngepet atau tuyul.*pingsan