5 Juni 2015

Bulan Ramadhan; Keutamaan dan Amalan yang Merusak Pahalanya


credit

Bulan sya'ban sudah memasuki pertengahan. Tinggal hitungan hari lagi, kita akan memasuki bulan Ramadhan. Umat muslim bersuka cita. Doa-doa dipanjatkan agar diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan. Tak sedikit juga yang menjalani puasa sunah di bulan ini. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits,

Diriwayatkan oleh Ahmad, 26022. Abu Daud, 2336. Nasa’i, 2175. Ibnu Majah, 1648 dari Ummu Salamah radhiallahu anha berkata: ”Aku tidak melihat Rasulullah sallahu’alaihi wa sallam berpuasa dua bulan secara berurutan kecuali beliau melanjutkan bulan Sya’ban dengan Ramadhan.

Bagi umat muslim, bulan Ramadhan sangatlah istimewa. Di bulan ini untuk pertama kalinya Al-quran diturunkan. Di bulan ini pula ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan ini Allah Swt. menjanjikan rahmat, ampunan, dan pahala yang berlipat-lipat bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh menginginkannya. Tak hanya itu, pada bulan Ramadhan, umat muslim terdahulu menuai banyak kemenangan atas kaum kufar. Seperti kemenangan di perang Badar, fathul Makkah dan kemerdekaan Indonesia pun diraih ketika bulan Ramadhan.

Berbeda dengan ibadah lainnya, ibadah puasa di bulan ini dikatakan Allah Swt. Sebagai ibadah yang khusus untuk-Ku.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, ‘Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman, ‘Kecuali, amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. (HR Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim).

Hadits di atas menjelaskan keutamaan dan kelebihan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Ada beberapa penjelasan ulama tentang maksud dari hadis di atas.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyebutkan penjelasan ulama tentang makna hadits dan mengapa puasa diberi keutamaan ini.

Di antara alasan yang paling kuat, pertama, ibadah puasa itu tidak terkena riya sebagaimana ibadah lainnya berpotensi terkena riya.

Al-Qurtubi berkata, Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut, kecuali Allah, maka Allah sandarkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya.
Karena itu, dikatakan dalam hadits, ‘Ia meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.'

Ibnu Al-Jauzi berkata, ‘‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan, sedikit sekali yang selamat dari godaan, yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya, berbeda dengan ibadah puasa.

Kedua, maksud ungkapan Aku yang akan membalasnya, adalah bahwa pengetahuan tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang mengetahuinya.

Al-Qurtuby berkata, Artinya amalan ibadah lainnya telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa, dia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai 700 kali sampai sekehendak Allah, kecuali puasa, Allah sendiri yang akan memberi pahalanya tanpa batasan.

Ketiga, makna Puasa untuk-Ku, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Allah cintai dan paling mulia di sisi-Nya.


Dari penjelasan di atas seharusnya kita menjaga puasa kita dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahalanya. Seperti berbohong, gibah, mengeluh, marah-marah, atau yang paling parah sampai meninggalkan shalat 5 waktu.

Lucunya, di Indonesia Ramadhan selalu dihiasi dengan kebiasan yang terkadang merusak pahala puasa. Mudik dan belanja. Yap, di sepuluh hari terakhir seringnya orang Indonesia, malah disibukkan dengan dua hal ini dibandingkan memperbanyak ibadah. Padahal kita tahu, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, ada satu malam yang pahalanya lebih dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar. Umat muslim seharusnya berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Mudik, melakukan perjalanan jauh terkadang merusak puasa kita. Meskipun ada keringanan bagi orang yang melakukan perjalanan jauh untuk tidak berpuasa, namun kerap aktivitas ini dijadikan pelegalan untuk tidak melakukan puasa sama sekali.

Selain mudik, kebiasaan yang sering merusak pahala puasa adalah belanja. Siapa sih yang nggak suka belanja? Apalagi perempuan. Entah itu belanja bahan makanan atau belanja baju baru untuk idul fitri. Tak sedikit umat muslim yang  rela berdesak-desakan di pasar atau mall dan membatalkan puasa untuk membeli baju baru. Padahal tak ada keharusan untuk membeli baju baru. Rasulullah hanya mensunahkan untuk memakai baju yang paling bagus, bukan baju baru.

Namun saat ini, berkat kemajuan zaman dan teknologi, jika ingin membeli baju baru, kita tak perlu lagi merusak puasa kita dengan berbelanja di pasar atau swalayan. Cukup duduk dan memiliki koneksi ke internet. Kita bisa berbelanja baju untuk idul fitri di toko online. Ada berbagai busana muslim, seperti baju koko dan busana muslim hijab di zalora yang bisa kita pilih. Tentunya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita. Tak lupa juga cari baju yang sesuai dengan tuntunan syara'.

Oke, selamat menyambut Ramadhan temans. Kita harus bahagia! Semoga kita dipanjangkan umur hingga bulan Ramadhan dan semoga kita bisa menjaga pahala puasa kita serta menjadi pribadi yang bertaqwa setelah menjalani puasa di bulan ini.

3 komentar:

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming