Nama itu adalah doa. Yap, kalian pasti setuju dengan statement yang satu ini. Menurut sebuah penelitian, sebuah nama bisa mempengaruhi psikologis seseorang. Kita lihat saja bagaimana sikap seseorang dengan nama Muhammad Al Fatih bisa menjadi panglima perang terbaik dan menaklukan konstatinopel. Karena Fatih itu sendiri berarti penakluk. Atau bandingkan dengan anak yang katanya gaul lalu, mengubah nama mereka yang tadinya Mulyadi menjadi Moldy misalkan, atau dari Samsudin menjadi Sam, bagaiman kelakuan mereka? Kalian pasti tahu.
Tapi, jika saya bilang nama itu juga adalah sebuah beban kalian setuju tidak? Yah, biarlah kalau jawaban kalian tidak. Karena bagi saya, jawabannya Ya. Kalian bisa bayangkan, bagaimana rasanya menyandang nama Siti Aisyah? Ya Allah, ada esensi tersendiri yang harus saya jaga. Nanti gimana dongs, kalau ada yang bilang, “Namanya aja Siti Aisyah, tapi kelakuannyaaaaaa kayak Siti Maemunah (yang namanya Siti Meamunah maaf yaaa, ini hanya perumpamaan saja ^^). tapi Naudzubillah jika selama ini saya melakukan ibadah hanya karena sebuah nama. Semoga niatnya benar-benar tulus karena Allah.
Walau bagaimana pun, ketika orangtua memberikan kita sebuah nama, tentulah mereka punya maksud tersendiri dan harapan-harapan atas kita, anaknya. Seperti ketika Bapak memberikan nama Siti Aisyah kepada anak pertamanya ini, sudah barang tentu harapan terbesarnya adalah agar anaknya kelak seperti 'Aisyah Binti Abu Bakar, salah satu wanita penghulu surga. Harapan yang benar-benar mulia.