Sebelum besok kita merayakan hari ibu, saya ingin lebih dulu membuat sebuah tulisan tentang seorang ayah. Bagaimana pun rasanya tak adil ketika ketika hanya merayakan hari ibu saja, padahal kita ada karena kita memiliki seorang ayah. Perjuangan seorang ayah sangatlah berat, beliaulah yang senantiasa memeras keringat agar kita bisa makan sesuap nasi. Beliaulah yang rela sedikit tidur agar kita bisa lelap beristirahat.
Well, beberapa hari yang lalu saya menelpon ibu untuk mengabarkan saya hamil lagi. *perihal kehamilan ini kita bahas nanti saja :D. Setelah mengucap rasa syukurnya, ibu memberitahu saya bahwa Bapak marah ketika saya menanyakan rumah kontrakan di Sumedang. Yah, sesuai rencana saya dan suami, akhir tahun ini kami berniat pulang kampung. *bye bye Tangerang Sreett #lap ingus. Karena itulah saya menanyakan rumah kontrakan untuk hunian sementara kami bertiga. Pikir saya, moso mau numpang di rumah ortu sih?
Namun diluar dugaan saya, ternyata Bapak tidak suka dengan keputusan saya dan suami "kawas di imah hareurin wae,"[1] katanya.