Ashobiyah atau
bangga terhadap golongan sendiri semakin menjamur di tengah-tengah
masyarakat kita. Merasa bangga terhadap golongan memang tidak
sepenuhnya keliru. Hanya saja, jika perasaan ini sudah berlebihan dan
berbuntut pada memandang remeh kelompok lain, melakukan segala cara
untuk menjatuhkan kelompok lain, dan membela mati-matian kelompoknya
sekalipun kelompoknya salah, maka hal ini tidak benarkan.
Belakangan, faham
ashobiyah ini mulai menjangkiti kelompok-kelompok atau harokah islam.
Tujuan dibentuknya atau berdirinya harokah-harokah islam sangat mulia
yaitu ingin mengembalikan kehidupan yang berlandaskan sistem islam
maupun sebagai wadah bagi umat islam untuk menuntut ilmu agama. Hanya
saja, faham ashobiyah membuat harokah-harokah islam terkotak-kotak
dan cenderung tidak mau bersatu. Seringnya, malah menganggap
harokahnya yang paling benar, hingga menafikan keberadaan harokah
lain. Lebih parah lagi, menganggap harokah lain melenceng dari ajaran
agama dan berani mengkafirkan harokah lain.
Dengan adanya
ashobiyah ini, tujuan dibentuknya sebuah harokah menjadi sedikit
samar. Umat islam kebanyakan (yang tidak menjadi anggota harokah
manapun) kerap menilai bahwa justru harokah-harokah islamlah yang
memecah belah umat. Umat jadi bingung dan akhirnya tidak tertarik
untuk mempelajari islam dengan bergabung pada sebuah harokah.
Padahal membentuk
sebuah kelompok atau harokah yang menyeru kepada kebaikan dan
mencegah yang munkar adalah sebuah kewajiban umat muslim sebagaimana
yang tertera dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 104,
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ“
Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Sungguh sayang, jika
dalam pelaksanaannya justru malah mencoreng-moreng wajah islam itu
sendiri.
credit |