Sudah
ratusan kali saya meminta suami untuk mundur dari keinginannya dan
harapannya akan Doyan Creative yang terlanjur membumbung tinggi.
Namun ratusan kali juga suami meyakinkan saya bahwa Allah akan
mewujudkan mimpi-mimpinya. “Allah itu seperti prasangka hamba-Nya,”
katanya setiap kali saya mulai putus asa. “Ngelamar lagi atuh, Bi!”
usulku agar dia mencari kerja saja. “Siapa atuh yang mau dilamar
Aa?” jawabnya usil.
Yap.
Seperti yang saya ceritakan 3 tahun lalu. Setelah suami resign, dia
memutuskan untuk merintis bisnis kreatif di bidang IT. Melalui doyan
creative, suami membuat aplikasi dan game yang bisa digunakan
oleh pengguna smartphone.
Baca
juga : Menangkap Berkah dengan Fruit Kepper
Namun,
setelah berjalan beberapa tahun, bisnis ini belum menemukan jalannya.
Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari suami berdagang dengan tetap
mengembangkan doyan creative. Saya sering sekali sakit hati ketika
keluarga dan tetangga nyinyir pada suami. Mereka bilang, buat apa
sekolah tinggi jika ujung-ujungnya dagang!. Atau yang lebih nyelekit,
ada yang meledek suami dengan sebutan sarjana salah jurusan. Ya
Allah...
Namun
suami memilih untuk tak mempedulikan itu semua. Mereka tak tahu apa
yang sedang dan bisa kita lakukan, katanya.
Dan
untuk menyikapi ke-keras kepala-an suami akhirnya saya memutuskan
untuk mendukungnya. Bukankah itu tugas seorang istri? Lagi pula saya
tahu, ada banyak hal baik yang bisa suami lakukan ketika bisnisnya
berjalan.
Apa
#OnlyBird?