16 November 2012

Rain

gambar dr google
Sore ini hujan turun lagi, entah berapa kubik air yang tumpah ruah di atas tanah kita.
Kau membuka jendela lantas membiarkan aroma basah memenuhi indera penciuman kita.
Bulir-bulir air yang jatuh di atas genteng rumah seolah perkusi alam yang mendendangkan tembang kegembiraan. Tik tok tik tok. Bersahut-sahutan dengan celoteh riang sang katak di tepian kolam.

November memang selalu basah.

"Aku suka hujan", katamu tiba-tiba. Matamu lurus memandang ke depan, tepat pada gerombolan air yang menari-nari di udara.

"Kenapa?" tanyaku.
"Hujan itu melegakan", jawabmu pendek.
Yah, aku setuju. Hujan itu melegakan. Seumpama tanah kering yang menguap, maka hujan juga menguapkan dan menghanyutkan setiap duka pada hati yang luka.

"Aku juga suka hujan", kataku menirukan gaya bicaramu.
"Kenapa?" kini giliranmu yang bertanya.
"Hujan membuat aku bersyukur."
Kau mengerutkan dahi. "Bersyukur karena padi kita di sawah tak kehausan lagi?"

"Bukan hanya itu. Andai saja semua nikmat yang kita rasakan bisa terlihat seperti hujan, mungkin saat ini kita telah menggigil karena takjub dan kuyup rasa syukur. Tapi sayang, nikmat tak selalu terlihat seperti hujan, hingga acap kali kita alpa untuk mensyukurinya."

5 November 2012

SEMPURNANYA KANTUNG-KANTUNG KOSONG



Allah SWT, Al Khalik dan Al Mudabbir, telah menciptakan alam semesta beserta aturan-aturan-Nya yang sudah tentu akan menciptakan keteraturan dalam alam semesta. Karena itulah setiap apa yang digariskan-Nya pasti mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia, pun makhluk-makhluk yang lainnya.
Bintang-bintang, bumi, langit, dan tumbuhan, kesemuanya tunduk dan patuh pada titah Sang Pencipta. Mereka tak pernah bertanya, apalagi protes. Mereka hanya bersungguh-sungguh untuk patuh menjalankan perintah. Seperti itulah seharusnya manusia. Sejatinya, manusia yang hanya seorang makhluk dan hanya seorang hamba haruslah tunduk dan patuh pada titah penciptanya jika ingin dunia maupun akhiratnya selamat. Termasuk, ketika manusia berniat untuk memenuhi Gharizah An na'u (Naluri untuk melestarikan jenis) yang pada hakikatnya merupakan fitrah manusia. Sudah sepantasnya kita memenuhi naluri tersebut dengan cara yang telah digariskan-Nya, yaitu menikah. Bukan dengan pacaran, kumpul kebo, apalagi sampai berzina.