Proses beriman seseorang tehadap keyakinannya pasti berbeda-beda. Dalam hal ini, karena saya seorang muslim, saya hanya akan membahas bagaimana proses berimannya seorang muslim pada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan tentunya pada qada serta qadar. Di satu sisi ada seorang muslim yang dengan mudahnya mengucapkan kalimat syahadat kapan pun dia mau. Di sisi yang lain, ada seorang mualaf yang harus rela tulang belakangnya patah demi mengucapkan asyhadu'ala ilaaha illallah, wa asyhadu 'ana muhammadan rasulullah. Apakah hal ini mempengaruhi kuat lemahnya iman seseorang. I think, maybe yes maybe no. Sesuatu yang kita dapatkan dengan berlelah dan bersusah-susah pasti akan terasa sangat berarti bila dibandingkan dengan sesuatu yang kita dapatkan dengan mudah. Isn't it?
Saya pernah mendengar ceramah seorang mantan missionaris yang masuk islam. Saat itu, dia membeberkan rencana-rencana kaum missionaris untuk menghancurkan umat muslim yang salah satunya melalui makanan seperti es krim, cokelat, daging ayam, permen, dan semua makanan yang di produksi orang kafir. Ketika menyatakan keislamanya, bayangan kematian senantiasa berkelebat di dekatnya. Sahabatnya, memukul remuk tulang punggungnya dengan kursi, anaknya dengan tega meyiramnya dengan air panas, dan istrinya meninggalkan dia begitu saja. Lalu apa yang dia katakan. 
“Saya tidak akan mundur walau hanya sejengkal. Karena saya sudah yakin dengan keislaman saya.” Subhanallah. Luar biasa.
Pertanyaannya, bagaimana jika kita yang ada di posisi dia?
Selain itu, saya juga mempunyai seorang teman di facebook yang dulunya seorang katholik, kemudian memeluk agama budha, beralih menjadi atheis, dan mengakhiri pengembaraannya di islam. He is good. Dia diusir dari rumah dan dihapus dari daftar penerima warisan. ^^ Tapi dia menikmati hidupnya yang sekarang. Nothing to worry if Allah beside you.
 Saya tidak mengatakan bahwa seorang mualaf lebih baik dari seseorang yang sudah muslim sejak dilahirkan. Tapi, saya hanya tertarik dengan apa yang bisa membuat iman mereka sekuat itu. Setelah saya cermati ternyata karena mereka meraih keimanan mereka dengan cara berpikir. Mereka beriman dengan menggunakan sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, akal. Yah bukankah kita semua memiliki akal. Banyak sekali ayat di alqur'an yang memerintahkan kita untuk berpikir. Beberapanya antara lain,
Saya tidak mengatakan bahwa seorang mualaf lebih baik dari seseorang yang sudah muslim sejak dilahirkan. Tapi, saya hanya tertarik dengan apa yang bisa membuat iman mereka sekuat itu. Setelah saya cermati ternyata karena mereka meraih keimanan mereka dengan cara berpikir. Mereka beriman dengan menggunakan sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, akal. Yah bukankah kita semua memiliki akal. Banyak sekali ayat di alqur'an yang memerintahkan kita untuk berpikir. Beberapanya antara lain,
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh  dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya  mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
 (QS. Shaad, 38: 29)
Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an  itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia  mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan  mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia  (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak  memberi ampun.
 (QS. Al-Muddatstsir, 74: 54-56)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
 (QS. Yuusuf, 12: 111)
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari  papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan  bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami  jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau  mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan  ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk  pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al Qamar  54: 13-15)
Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar  kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada  mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 44)
Dan berkata manusia: “Betulkah apabila aku telah mati,  bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?” Dan  tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah  menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali? (QS. Maryam, 19:  66-67).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih  bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa  yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit  berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati  (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan  pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;  sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum  yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah, 2: 164)
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah  seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah  dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang  dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah  sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan  pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba  datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami  jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,  seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan  tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.
 (QS. Yuunus, 10: 24)
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan  gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua  buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.  Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran  Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian  yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon  korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang  sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang  lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat  tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
 (QS. Ar-Ra’d, 13: 3-4)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan  apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya  pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan  Allah) bagi kaum yang berpikir.
 (QS. Al-Jaatsiyah, 45: 13)
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu  tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan  Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang,  matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan  (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu  benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang  memahami(nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk  kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang  demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang  mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan  (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan),  dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan  kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari  (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia  menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama  kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu  mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan  dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah  (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan  (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
 (QS. An-Nahl, 16: 11-17)
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah  sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat  yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)  buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).  Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam  warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda  (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
 (QS. An-Nahl, 16: 68-69).
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang)  jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa  (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang  lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu  terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
 (QS. Az-Zumar, 39: 42)
Saya pun mengamini perkataan Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nizamul islam, beliau berkata bahwa islam satu-satunya agama yang memuaskan akal manusia dan sesuai dengan fitrah manusia. Karena apa? Kalau kita yakin dengan agama kita pasti kita tahu jawabannya.
Lalu, kenapa harus dengan akal? Kenapa tidak dengan perasaan. Bukankah hati itu lembut?
Teman facebook yang saya ceritakan di atas berkata, jika kita beriman dengan perasaan, maka saya sudah pindah lagi agama. Begitu katanya. Melihat patung bunda maria menangis, patung budha bercahaya, apakah perasaan kita tak tersentuh? Ada satu sisi dimana hati kita bergumam, mungkin agama yang benar adalah katholik atau hindu. Tapi akal kita bekata lain bukan? Agama yang memuaskan akal kita hanya islam. Tak hanya itu, Islam pun menciptakan banyak pertentangan dengan perasaan kita. Kita ambil contoh saja hukum qisos dan potong tangan yang ada dalam syariat. Kedua hukuman ini sering dikatakan mengorbankan nilai kemanusia dan hukum rimba. Tapi jika mau berpikir, bukankah dengan sanksi yang tegas seseorang akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama? Lalu jika hukum ini bertentangan dengan perasaan, apakah kita akan menjadi murtad? Tentu tidak.
Dalam hal lain, kenapa seorang laki-laki yang harus jadi qowam? Karena laki-laki lebih sering menggunakan akalnya dibandingkan perasaannya. Berbeda dengan perempuan yang lebih mengedepankan perasaannya.
Perasaan itu amat kompleks dan bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi kejiwaan seseorang. Sedangkan akal, akal adalah anugerah yang membuat seorang manusia mulia(dengan catatan, akalnya berada di depan nafsunya).
Mari budayakan berpikir!!
 
 
yup benar Islam satu2nya agama yang masuk akal,
BalasHapuscoba aja bedakan orang yang mualaf dgn yang murtad orang2 murtad alsanya geje banget beda dengan mualaf alasan mereka lebih masuk akal..
hihi, salam kenal ya mba ^_^
iyaa^^
Hapussalam kenal, terima kasih sudah berkunjung
assalamau'alaikum... blogwalking... bagus nih blognya.. mampir ke blog ana juga yah.. http://hidayah03.blogspot.com/
BalasHapuswa'alaikumsalam
HapusinsyaAllah
Pertanyaan2 di benak yang selama ini dicari oleh muallaf2 itu terjawab. Sementara di sisilain ada saudara2 kita yang menafikan akal. Pokoknya beriman saja. Pdhl Islam itu memuaskan akan, bukan hanya hati.
BalasHapusNice posting. Maaf baru main ke sini. Pa kabar? Sudah lahiran ya .. saya gak ngeh, sudah usia berapa dedeknya?
iya mba, terkadang orang islam sudah cukup puas dengan keislaman mereka tanpa mencari tahu keistimewaan islam itu sendiri.
HapusAlhamdulillah kabar baik mba, iyah lahirannya akhir Mei. sekarang usia si kecil sudah 5 bulan