gambar dari google |
Film-film
ini sasarannya adalah anak-anak, namun sayang, film-film ini justru
tidak baik untuk dijadikan tontonan anak. Pasalnya, bukan hanya
banyak bermuatan kekerasan, film ini juga secara tidak langsung
meremehkan orangtua. Di film Shiva misalnya, Shiva dan kawan-kawannya
diceritakan selalu lebih pintar dari para polisi dalam mengungkap
kejahatan. Atau di film Chacha Batija, ada saja ulah Pak polisi yang
justru nyeleneh. Kan aneh?
Anak-anak
seharusnya diajarkan untuk hormat kepada orangtua. Walaupun misalnya,
Sang anak lebih pintar atau lebih kuat, tapi tetap saja orangtua ya
orangtua. Mereka harus dihormati. Semakin banyaknya film yang
meremehkan sosok orangtua berdampak pada semakin beraninya anak pada
orang yang lebih tua darinya. Bisa kita lihat saat ini, banyak anak
yang semakin berani pada orangtuanya atau semakin banyak murid yang
berani pada gurunya sendiri.
Film
yang bermuatan kekerasan juga menjadi salah satu penyebab semakin
anarkis dan brutalnya anak Indonesia. Saya, yang setiap hari bertemu
anak-anak di madrasah, merasakan betul dampaknya. Anak-anak sangat
senang beradu jotos dengan teman yang lain. Mereka senang jika tahu
merekalah yang paling kuat.
rating Shiva |
Dewasa
ini banyak pakar parenting dan para orangtua yang sudah menyadari
bahaya televisi untuk anak. Menonton televisi, selain berdampak buruk
pada daya tangkap dan konsentrasi anak, juga akan sangat berpengaruh
bagi perkembangan psikologisnya. Namun kami bisa apa? Yang memiliki
kewenangan atas hak siar suatu tayangan adalah pemerintah, dalam hal
ini lembaga penyiaran Indonesia. Seharusnya pemerintah dan si empunya
televisi jangan hanya memikirkan aspek komersil dari sebuah tayangan
saja, tapi juga dampaknya bagi masyarakat.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus