Minggu, tanggal 7 April yang lalu, saya mendapat
kabar bahwa sahabat saya, Teh Iyen namanya, telah meninggal dunia.
Innalillahi wa innailaihi roji'un. Saya terkejut bukan main. Enggak
nyangka sama sekali jika Teh Iyen akan kembali padaNya di usia yang
masih sangat muda. Saya rasa usianya belum menginjak 30 tahun. Dia baru menikah sekitar 1 tahun yang lalu. Saya
mengenalnya karena kami sama-sama tergabung dalam Majelis Taklim Remaja Bilkis
yang diasuh oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Tak lebih satu tahun kami
bersama. Bareng-bareng membuat acara untuk remaja dan ikut serta
dalam beberapa kepanitiaan dauroh. Teh Iyen ini, orangnya pendiam,
kurang lebih sama seperti saya. Hal positif yang saya lihat darinya
adalah dia tak pernah mengeluh jika diamanahi tugas apapun. Dan satu
hal lagi, dia orangnya tak malu bertanya akan hal-hal apa saja yang belum
dia ketahui.
foto pernikahan Teh Iyen yang saya ambil dari facebooknya |
Teh Iyen meninggal karena sakit yang
dideritanya semenjak hamil. 3 bulan lamanya dia tak sadarkan diri. Ketika
melahirkan pun dia tak sadarkan diri. Keluarganya dan pihak dokter tahu jika dia akan
melahirkan karena dia berkeringat terus-menerus. karena itulah dokter memutuskan untuk mengoperasi demi mengeluarkan bayi di kandungan Teh Iyen. MasyaAllah. Saya
tahu sebenarnya dia merasakan betapa sakitnya ketika akan melahirkan.
Hanya saja dia tak bisa berbuat apa-apa. Badannya lemah, tak bisa
digerakkan. Entah karena apa. Dokter pun angkat tangan atas penyakit
yang diderita Teh Iyen.
Satu hal yang membuat saya ngenes
adalah anaknya. Selama hidupnya dia belum pernah sekali pun di
sentuh, dipeluk, apalagi sampai disusui oleh ibunya. Semoga Allah
melapangkan kubur ibumu, ya, Dek.
Berkaca dari kejadian ini, saya kembali
sadar bahwa maut bisa kapan datang saja. Jika sudah tiba waktunya,
tak bisa ditawar-tawar lagi.
“Kami bersepuluh datang kepada Nabi
SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya, “Wahai Nabi Allah,
siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?” Maka
Rasulullah menjawab, “Mereka yang paling banyak mengingat kematian
dan paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang paling
cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan di dunia dan
kemuliaan di akhirat.” (HR. Ibnu Majah)
Oke, temans, mulai sekarang,
perbanyaklah mengingat kematian. Karena kita semua akan mati. Saya
dan kamu akan mati. Dikuburkan dan tak punya teman selain amal kita
selama hidup didunia.
Doa saya untuk Teh Iyen, semoga Allah
mengampuni kesalahanmu dan menjadikan langkahmu dalam medan dakwah
sebagai pemberat timbangan baikmu di yaumul hisab kelak.
See you Teteh, InsyaAllah kita ketemu
lagi di JannahNya Allah ^^
Insya Allah... Aamiin...
BalasHapus