Saking
betahnya di dunia, waktu 1 tahun terasa begitu cepat. Perasaan baru
kemarin tanggal 1 Januari, eh sekarang sudah akhir tahun saja. Banyak
cerita dan pengalaman hidup yang terjadi dalam kurun waktu 1 tahun
ini. Hal yang lumrah dan biasa dilakukan setiap akhir tahun adalah
menyusun sederet resolusi untuk tahun yang baru. Sudah nggak zamannya
lagi kan menjalani hidup bagai air yang mengalir? Mengutip perkataan
Ustaz Jamil Azzaini dalam bukunya, Tuhan, Inilah Proposal Hidup
Saya, jika acara yang dilaksanakan satu hari saja butuh
proposal yang bagus, apalagi hidup kita! Sudah selayaknya kita
menyiapkan rencana dan target-targetan yang rapi. Meski ketentuan
sepenuhnya ada di tangan Yang Mahakuasa, tapi sebagai manusia kita
memiliki kewajiban untuk berikhtiar semaksimal mungkin demi menggapai
apa yang kita cita-citakan.
Sayangnya,
resolusi yang kita buat setiap tahun tidak terlaksana semua. Ada yang
memang kita sudah menhusahakannya namun gagal, ada pula yang gagal
karena kurang maksimalnya usaha kita. Nah, disinilah pentingnya
sebuah introspeksi diri. Agar kita bisa mengambil pelajaran dari
kesalahan yang sudah kita lakukan.
Salah
satu resolusi yang gagal di tahun ini adalah menjadi seorang
blogger. Beberapa waktu lalu saya sempat blogwalking ke salah
satu blog dan menemukan perkataan seseorang (entah penulis, entah
redaktur majalah) yang saya lupa namanya (ampun pikun). Inti dari
pernyataannya adalah baru satu dua kali posting, sudah mau disebut
blogger. Baru satu dua kali jalan-jalan, sudah mau disebut traveler.
Membacanya, saya tersindir luar biasa. Saya sering menyebut bahwa
saya adalah seorang blogger. Padahal posting di blog pun
jarang-jarang. Kalau menulis harus nunggu mood dulu. Lihat saja jarak
postingan ini dengan postingan sebelumnya! Dua bulan!
credit |
Awalnya
memang tak ada keinginan untuk menjadi seorang blogger. Dulu, membuat
blog pun hanya sebagai tempat curhat saja. Sarana refresing
setelah seharian berkutat dengan pekerjan IRT. Namun setelah
dijalani, ternyata bge-blog membawa banyak manfaat bagi saya.
Menambah teman, sarana berdakwah, dan salah satu pintu rizki juga.
Akhirnya saya mulai serius untuk ngeblog. Tapi ya itu, kurang bisa
maksimal dalam menjalankannya.
Jika
saya rinci, penyebab kegagalan saya kali ini adalah,
1.
Kurangnya Kaidah kausalitas. Kaidah kausalitas adalah
kaidah sebab akibat. Intinya saya kurang menempuh sebab agar bisa
disebut blogger sejati. Contohnya, bagaimana agar saya bisa menulis
rutin, minimal 2 hari sekali? Pilihan yang bisa saya ambil adalah
menyiapkan draft tulisan, kemudian menulis malam hari ketika si kecil
sudah tidur atau mencuri-curi waktu ketika si kecil anteng main
sendiri. Namun, hal ini tidak saya tempuh. Seringnya kalau malam hari
saya sudah tepar duluan. Si kecil tidur, saya pun ikut pulas. Draft
tulisan yang sudah dibuat hanya tinggal rencana saja.
draft tulisan yang terbengkalai |
Padahal
Rasulullah SAW, suri tauladan terbaik kita, mencontohkan agar kita
senantiasa berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan. Meskipun
doa-doa beliau dijamin oleh Allah akan dikabulkan. Tapi beliau tidak
lantas menjalani hidupnya hanya dengan berdoa. Seperti halnya dalam
menjalani peperangan dengan kaum kufar. Beliau senantisa menyiapkan
strategi perang yang baik agar bisa mengalahkan musuh. Padahal bisa
saja beliau meminta Allah untuk memenangkan kaum muslim tanpa harus
menyiapkan ini itu.
2.
Kurang bisa membagi waktu. Saya adalah seorang ibu
rumah tangga dengan satu balita dan satu batita. Selain itu, tidak
memiliki ART di rumah. Otomatis semua urusan rumah dan si kecil saya
yang handle. Nah, di antara kelemahan saya adalah kurang bisa
membagi waktu antara tugas domestik di rumah dan mengurus si kecil.
Hingga akhirnya saya tidak bisa memiliki waktu untuk menulis.
Padahal ibu kesebelasan Gen Halilintar bisa menulis buku di tengah
keribetannya mengurus 11 anak. Jadi ya itu memang salah saya.
3.
Kurang serius dan fokus. Maksud hati ingin menjadi seorang
blogger tapi usaha yang dilakukan jauh panggang dari api. Kurang
serius dan kurang mengazzamkan dalam hati. Jadi kalau pun
goal-goalnya tidak terlaksana, tidak diambil pusing. Selain kurang
serius, kurang fokus juga. Sudah bagus bisa bangun di sepertiga malam
kemudian buka lapotop, tapi yang dibuka malah sosmed kemudian anteng
mantengin fanpage penjual hijab. Oalaaa.
Menyadari
kesalahan-kesalahan ini, saya kemudian berazzam untuk menjadi
pribadi yang tidak hanya senang bermimpi, tapi juga merealisasikan
mimpi itu dengan usaha yang maksimal. Ini tidak hanya berlaku utnuk
keinginan menjadi blogger. Tapi menyangkut semua kewajiban yang harus
saya laksanakan dan mimpi-mimpi yang terlanjur bersemayam dalam
benak. Ingat firman Allah dalam surat Ar Rad ayat 11,
“Allah
tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubah dirinya
sendiri.”
Semoga
di tahun 2016 saya bisa lebih serius ngeblog dan bisa menyandang
gelar sebagai blogger. Smile.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Tinta Perak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming