credit |
Setelah
terjadi gerhana matahari total tanggal 9 Maret lalu, si sulung
(4 tahun)menjadi antusias dan penasaran dengan benda-benda langit. Meskipun
daerah Jawa Barat, khusunya Sumedang, hanya mengalami gerhana
matahari parsial, tapi kami bisa menyaksikan proses GMT total di
televisi. Setiap maghrib dia selalu bertanya, “Mi, mataharinya ke
tutup bulan ya, jadi gelap?” Saya menjawab seperlunya dengan
jawaban yang mudah-mudahan tidak membuatnya bingung. “Tidak.
Matahari tertutup bulan mah gerhana yang waktu itu teh” Dia hanya
membulatkan mulutnya begitu mendengar jawaban saya. “oo...,”katanya
datar. Namun kentara sekali di wajahnya jika dia masih bingung dan
penasaran.
Besoknya,
ketika maghrib tiba dia kembali menanyakan hal yang sama. “Mi,
mataharinya ke tutup bulan ya, jadi gelap?”. Saya pun kembali
memberikan jawaban yang sama. “Bukan, Teh.” Sebagai seorang ibu
kita harusnya bersyukur ketika si kecil banyak bertanya. Namun
adakalanya kita harus berfikir keras agar bisa memberikan jawaban
yang bisa dimengerti olehnya. Karena pada hakikatnya usia balita
adalah usia dimana proses berfikirnya mulai berjalan. Kebetulan sore
ini hujan lebat dan mati lampu, tiba-tiba saya mempunyai ide
cemerlang untuk menjelaskan peredaran benda-benda langit padanya.
Awalnya
saya menjelaskan bahwa malam terjadi bukan karena matahari yang
tertutup bulan tapi karena bumi itu berputar. Bumi tempat kita
tinggal, bulan, planet, semuanya mengelilingi matahari. Kemudian saya
mencoba menjelaskan proses terjadinya siang dan malam dengan bantuan
lampu emergency. Saya mengibaratkan lampu emergency adalah matahari
dan si sulung adalah bumi.
“Ingat!
Bumi itu berputar teh. Ibaratnya, lampu ini matahari, dan teteh bumi
ya!” Si sulung kemudian mengangguk.
“Coba teteh menghadap lampu! Terang?”.
“Terang,
Mi!”
“Nah,
jadi kalau bumi menghadap matahari, itu artinya siang. Coba sekarang
Teteh berputar!”
Si
sulung membalikkan badanya. “Gimana?”
“Gelap.
Mi.”
“Nah,
jadi kalau membelakangi matahari, itu artinya?”
“Malam!”
jawabnya girang sambil loncat-loncat di kasur.
Setelah
menjelaskan hal ini saya tak berharap dia mengerti akan proses
terjadinya malam dan siang secara sempurna. Saya hanya berharap,
mulai dari saat ini dia sadar bahwa alam semesta ini diceptakan dan
diatur oleh Dzat yang Mahasempurna yaitu Allah Azza Wajjala.
“Teh,
siapa yang menciptakan bulan, bumi, dan matahari?”
“ALLAH!”
Hore, Ibu pinter! \(^_^)/
BalasHapus