credit |
Postingan
ini sebenarnya bentuk reaksi saya yang telat akan
hari patah hati akhwat nasional hari jumat yang lalu. Wessh...
seberapa ngehits kah Muzammil hingga para akhwat membuat gerakan
massal? Ah, kayak sendirinya nggak ngefans? Lol
Semenjak
Muzammil terkenal karena menjadi imam muda dan suaranya yang merdu
ketika membaca Al quran, saya termasuk yang mengidolakannya. Hihihi.
Saya sampai nyari-nyari linknya di youtube dan bela-belain buat
download. Tapi sueerrr, saya hanya suka suaranya yang bikin meelting
dan merinding. Selebihnya tidak. Nanti dipecat jadi istri sama Pak
Suami. Selain itu, kehadiran Muzammil menjadi angin segar bagi kaum
muda yang saat ini kekurangan sosok panutan.
Sosok
Muzammil yang soleh pasti membuat banyak akhwat mengidolakannya dan
tak sedikit yang mengharapkannya. Pengalaman. Dulu
sebelum menikah saya juga sempat mengidolakan seseorang, sebut saja
Mr. S. Dia seorang penulis buku, motivator, dan pengusaha muda. Siapa
yang tak suka? Kemudian ketika tersiar kabar pernikahannya, saya
sempat limbung dan nelongso. Ya Allah. Tapi kemudian saya sadar,
kalau harapan saya pada Mr. S adalah sebuah kekonyolan dan
angan-angan belaka. Betapa tidak? Kenal pun nggak! Usaha untuk minta
dinikahi pun nggak! Ya jangan harap.
Dari
kejadian-kejadian ini seharusnya kita, khususnya para muslimah, bisa
mengambil banyak pelajaran. Terkait dengan idola, entah itu terkait
dengan siapa yang kita idolakan atau seperti apa sikap kita pada
sosok yang kita idolakan, islam memiliki rambu-rambunya sendiri.
Islam
tidak melarang kita untuk mengidolakan seseorang. Hanya saja
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Engkau
akan bersama dengan orang yang engkau cintai..”
Dari
hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa orang yang kita
cintai atau kita idolakan haruslah seseorang yang bisa membuat kita
menjadi pribadi yang lebih baik. Karena sosok yang kita idolakan akan
membawa pengaruh bagi diri kita dan tanpa sadar akan menjadi panutan
bagi kita. Karena itulah Rasulullah mengatakan. “Engkau akan
bersama dengan orang yang engkau cintai..”
Pasti
tahu kan seorang gadis yang sangat menyukai barbie dan rela
mem-vermak dirinya menjadi seperti barbie? Atau tahu dong anak-anak
abege yang nangis-nangis ketika bisa bertemu dan dipeluk oppa asal
korea-nya? Atau para akhwat yang patah hati ketika muzammil menikah?
Yah, fenomena-fenomena tadi membuktikan bahwa sosok idola akan
berpengaruh pada diri seseorang.
Jadi,
sebagai muslimah yang menginginkan posisi terbaik di akhirat nanti,
sudah tentu kita tahu sosok seperti apa yang patut kita idolakan.
Tapi
tak cukup dengan mengidolakan sosok yang shalih, kita juga harus
terhindar dari sikap yang salah ketika mengidolakan seseorang. Jangan
mentang-mentang ngefans sama muzammil, eh, folder di notebook penuh
dengan foto muzammil bahkan wallpapernya pun muzammil. Aduuuuhh.
Malah jadi dosa kan ujungnya. Melihat yang bukan hak kita.
Bagi
saya, ketika mengidolakan seseorang cukuplah kebaikan dan
kelebihannya yang kita sukai. Hal ini sebagai modal bagi kita untuk
berusaha menjadi baik seperti dirinya atau mungkin lebih baik
darinya.
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda,
لاَ
حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ
آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى
هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ
آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ
يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak
boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah
anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan
orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia
menunaikan dan mengajarkannya.”
Atau
kalau diam-diam mengharapkan idola kita menjadi pasangan kita,
berusahalah untuk minta dinikahi olehnya, daripada hanya menjadi
angan-angan? Kan malu atuh, teh! Ya kalau malu mah nggak usah
baper dan patah hati kalau dia nikah sama orang lain. Hihihi.
Sebenarnya,
kalau mau lebih aman, lebih baik kita mengidolakan sesama jenis saja.
Eh, bukan LGBT loh yah. Kan banyak neng, sosok perempuan inspiratif
yang bisa kita jadikan panutan. Hal ini tentu akan menunjang peran
kita sebagai seorang muslimah, istri dan ibu yang baik. Memangnya
Muzammil bisa memberi tauladan untuk menjadi istri dan ibu yang
shalihah?
Eh,
siapa idolamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming