Beberapa
waktu lalu, saya ikut kulwap di WAG Sakinah Family. Materinya bagus
banget, seputar keharmonisan suami istri. Pematerinya Kang Canun
alias Ikhsanun Kamil, beliau adalah seorang konsultan pernikahan dan keluarga. Begitu pengantar materinya diberikan saya
merenung cukup lama. Ternyata hubungan saya dan suami selama ini
masih banyak kekurangannya yaa.
Dalam
materi tersebut disampaikan bahwa banyak pasangan suami istri yang
mencintai tapi saling menyakiti. Wah kok bisa?
Dikisahkan,
ada sepasang suami istri yang merayakan annyversary pernikahan emas
mereka. Untuk merayakannya mereka makan bersama dan membakar ikan.
Sang suami seperti bisa memberikan bagian kepala ikan kepada
istrinya untuk dimakan, sementara suami memakan badan ikannya.
Kemudian sang istri marah. Dia berkata, bagaimana mungkin sudah 50
tahun menikah suami tidak juga memahami istrinya? Jadi, ternyata
sang istri sangat suka makan badan ikan yang banyak dagingnya.
Tapi entah kenapa si suami selalu memberinya kepala ikan. Mendengar
hal ini, si suami kaget. Dia berkata, dia memberikan istrinya kepala
ikan justru karena dia menyayangi istrinya. Dia tak ingin istrinya
tersendak duri ikan ketika memakannya. Karena dia tahu, bagaimana
sakitnya tersendak duri ikan.
Nah,
dari kisah ini kita bisa belajar. Kadang kita memperlakukan pasangan
kita dengan perlakuan yang kita anggap baik bagi pasangan kita.
Namun, belum tentu hal yang kita lakukan tersebut baik menurut
pasangan kita. Jadi ungkapan “perlakukanlah pasanganmu sebagaimana
engkau ingin diperlakukan” itu salah besar. Tapi perlakukanlah
pasanganmu sebagaimana dia ingin diperlakukan.
Kunci
dari masalah ini apa sih?
Menurut
saya kunci dari masalah ini adalah komunikasi yang baik. Betul?
Komunikasi yang baik bisa meminimalisir masalah yang timbul dari
kesalahpahaman antara suami istri. Sayangnya, ego laki-laki dan
perempuan itu beda banget. Istri maunya suami peka. Eh, suami maunya
istrinya to the point. Kan nggak nyambung.
Jadi,
agar hubungan suami dan istri bisa harmonis, keduanya harus memahami
dulu bahwa karakter masing-masing individu itu beda. Setelah kita
bisa memahami karakter masing-masing, kita bisa mengkomunikasikan apa
yang kita rasakan, kita inginkan, dengan cara-cara yang disukai
pasangan kita.
Saya
juga punya pengalaman nih.
Suami
saya adalah tipe orang yang nggak mau ngerepotin orang, termasuk
istrinya. Jadi ketika dia ingin apapun dia pasti lakukan sendiri. Mau
kopi, nyeduh sendiri. Pengen makan ini itu, beli sendiri ke warung.
Jarang banget dia nyuruh-nyuruh saya. Saya tahu, dia melakukan itu
karena tak mau merepotkan saya. Dan prinsipnya, selama masih bisa
dilakukan sendiri, ya kenapa harus minta bantuan orang lain?
Tapi,
saya justru senang dimintai tolong oleh suami. Saya seneng liat istri
yang sibuk ngelayanin suaminya dengan tulus. Nyiapin ini itu. Bikin
ini itu. Waah. Maka dari itu saya coba mengkomunikasikan hal ini
dengan suami. Hasilnya, suami jadi suka nyuruh-nyuruh saya. Kadang
kebablasan sampai saya ngedumel. “Miwarangan wae ih!”
“Ye,
katanya mau disuruh-suruh!”
yah, membangun rumah tangga, memang bukan sesuatu yang gampang. Menyatukan dua kepribadian dalam satu atap memerlukan proses yang lama. Yang terpenting adalah penerimaan masing-masing terhadap pasangannya. Kita adalah manusia yang tidak sempurna, masa mau nuntut pasangan kita untuk sempurna?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming