Sebagai
seorang muslim, kita tentu sudah tak asing lagi dengan kata berkah.
Kata “berkah” begitu familiar di telinga kita karena hampir
setiap hari kita mendengarnya. Berkah atau barokah adalah salah satu
kata yang terkandung dalam salam umat islam - Assalamu'alaikum
warohmatullahi wabarokaatuh-, dan doa untuk pengantin -
baarokalloohu lakuma.... - Kata berkah juga kerap disandingkan
dengan kata rizki dan umur. Rizki yang berkah dan umur yang berkah.
Berkaitan
dengan kata berkah, ada beberapa pengertian berdasarkan makna istilah
dan makna bahasa. Menurut bahasa, berkah --berasal dari bahasa Arab:
barokah (البركة),
artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah
dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk.
Sedangkan
Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni
“bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf,
hlm. 79).
Jadi
bisa kita simpulkan, bahwa berkah itu bisa diartikan sebagai sebuah
nikmat dan bertambahnya kebaikan dari apa yang kita dapatkan. Baik
rizki atau pun umur.
Oke,
saya tidak bisa menjabarkan berkah yang saya dapatkan secara detail
dan rinci. Karena sampai saat ini begitu banyak berkah yang telah
Allah berikan. Jika mau dihitung-hitung tentu tidak dapat dihitung.
Karena berkah tak melulu soal harta. Tapi ia termasuk umur,keluarga,
sahabat, ilmu, kesehatan, kemudahan, dan bahkan kekurangan. Berkah
adalah tanda kasih sayang Allah pada semua makhluk-Nya. Setiap yang
Dia karuniakan pada hambaNya pasti mengandung sebuah maksud yang baik
termasuk dalam kesedihan dan kekurangan sekali pun.
Satu
tahun yang lalu suami memutuskan untuk resign dari kantor. Awalnya
saya kurang setuju, namun karena suami bersikukuh ingin mulai
berwirausaha, saya tak punya pilihan lain selain menyetujui
keinginannya meski dengan hati yang gamang. Terbiasa berada di zona
nyaman dengan menerima gaji setiap bulan, membuat saya khawatir akan
kondisi keuangan keluarga ketika suami memulai bisnisnya nanti. Saya
tahu dalam berbisnis ada untung dan rugi. Bagaimana pula kalau
bisnisnya tak berjalan?
Suami
saya memiliki keahlian di bidang IT. Karena itulah bisnis yang dia
tekuni sekarang adalah bisnis online. Dengan brand Doyan Creative,
suami memulai bisnisnya dengan membuat aplikasi dan game untuk
android. Besar harapan suami, penghasilannya dengan berwirausaha akan
lebih besar dibandingkan ketika dia menjadi karyawan.
Tanpa
kami sangka, satu tahun berlalu bisnis suami tak berkembang.
Aplikasi dan game yang dibuatnya tak kunjung menghasilkan dolar.
Mungkin karena aplikasi dan gamenya kurang menarik
atau
karena marketingnya yang
kurang
handal.
Satu
tahun tak kunjung mendapat penghasilan, akhirnya tabungan kami
terkuras habis. Perhiasan dan mas kawin pun terpaksa saya jual demi
menutupi kebutuhan keluarga. Dalam keadaan seperti ini, kesetiaan
saya pada suami mulai diuji. Adakalanya saya lupa untuk bersabar dan
uring-uringan tak jelas. Melihat bisnis suami yang tak kunjung
berkembang, saya mulai khawatir akan nasib keluarga kami. Bagaimana
kalau kami kelaparan? Bagaimana kalau anak-anak tak tercukupi
kebutuhannya? Namun berbagai kejadian menyentak jiwa saya dan membuat
saya sadar bahwa kekurangan
adalah salah satu tanda kasih sayang Allah dan salah satu
cara Allah mendidik kami berdua.
Beberapa
kali kami kehabisan uang, namun beberapa kali itu pula Allah menolong
kami dengan cara-Nya yang tak pernah kami duga. Tiba-tiba ada
tetangga yang memberi kami sepiring daging ayam, tiba-tiba menemukan
uang di lemari, tiba-tiba mertua datang ke rumah bawa beras, tiba-tiba ada yang membayar hutang, tiba-tiba dapat
tawaran iklan di blog, dan tiba-tiba yang lain. Ah, tapi saya yakin
tidak ada yang tiba-tiba di dunia ini. Semuanya sudah tercatat di
kitab kehidupan. Allah hanya ingin melihat bagaimana kita menghadapi
pemberiannya ini. Apakah sabar atau gusar.
Sungguh,
justru dalam keadaan kekurangan ini, saya bisa merasakan berkah yang
luar biasa. Dalam keadaan ini kami jadi lebih sering bermunajat dan
mengiba pada-Nya. Merasakan betapa nikmat menangis di hadapan-Nya.
Dalam kekurangan, justru kami bisa menjadikan berapa pun rizki yang
kami dapatkan (insyaAllah) berkah karena kami gunakan sebaik-baiknya.
Tak ada yang terhamburkan sia-sia. Dalam keadaan ini pula, kami bisa
merasakan bahwa Allah itu dekat dan akan selalu memberikan
pertolongannya pada kami. Asal
kita sudah berikhtiar, just
wait and see
apa yang akan Allah lakukan untuk kita.
Yah,
menurut saya, berkah itu tak berarti berlebih. Berkah itu adalah
nikmat. Dan nikmat terbesar adalah ketika kita masih bisa
merasakan ada Allah di hati kita dalam keadaan apa pun. Karena
pada dasarnya, kelebihan ataupun kekurangan adalah cara Allah untuk
menguji kita, siapa diantara kita yang paling baik amalnya.
Tidak
ada yang ingin selamanya berada dalam kekurangan. Begitu pun saya dan
suami. Mudah-mudahan Allah meridhoi dan memudahkan usaha kami. Hanya
saja, tak ada salahnya kita menelisik kebaikan yang Allah titipkan
pada keadaan yang -menurut kita- tidak baik.
“Sungguh,
Allah menguji hamba dengan pemberian-Nya. Barangsiapa rela dengan
pembagian Allah terhadapnya, maka Allah akan memberikan keberkahan
baginya dan akan memperluasnya. Dan barangsiapa tidak rela, maka
tidak akan mendapatkan keberkahan.” (HR. Ahmad)
Kayak kata surat At thalaq yaa.. rejeki akan datang dari arah yang tidak diduga-duga..
BalasHapusKalo gak salah sih gitu ayatnya.. hihihihi *yakin gak yakin tapi sok pede* xD
saya malah nggak tahu persis ayatnya. :p
Hapusbikin postingan tentang rejeki, tapi nggak tahu ayat tentang masalah ini. *gedebuk
Aku pernah merasakan seikit nih ,waktu suami kerja di rumah juga, tapi sekarang sudah kembali kerja dikantor lagi.
BalasHapushidup memang seperti roda. kadang di atas kadang di bawah
HapusSetuju sekali mba...berkah dan nikmat seringkali bukan dalam bentuk yang kita pikrikan, tapi banyaaak yang justru menjadi nikmat namun kita tidak menyadari. Semangaaaat yaaah :)..and thanks for joining my #BlessfulAugust :)
BalasHapusiyaaaa mbak, kadang kita sebagai manusia yang buru-buru menghakimi pemberian Sang Khalik, tanpa mau melihat maksud dan kebaikan di dalamnya
Hapus