Saat
ini ekonomi Indonesia tengah memasuki masa krisis. Di mingu-minggu
terakhir ini, rupiah kian loyo sampai tembus Rp. 14.000 per dollar.
Pelemahan rupiah ini terjadi karena faktor ekternal dan faktor
internal. Faktor ekternal adalah menguatnya perekonomian Amerika.
Pemulihan ekonomi Amerika serikat yang diikuti pemotongan stimulus
oleh The Fed berdampak pada menguatnya dollar terhadap hampir seluruh
mata uang dunia. Sedangkan faktor internalnya adalah kian merosotnya
kinerja ekspor dan meninggkatnya impor sehingga menyebabkan anjloknya
neraca perdagangan.
Akibat
dari melemahnya nilai rupiah ini sudah dirasakan oleh masyarakat.
Beberapa perusahaan mulai memPHK karyawan-karyawannya. Para pedagang
menjerit karena semakin melambungnya harga terutama daging sapi dan
daging ayam. Dan para ibu rumah tangga pun ikut merasakan dampak ini.
Para ibu harus berpikir ekstra keras agar kebutuhan gizi keluarga
tetap terpenuhi meskipun harga-harga melambung sementara uang belanja
tetap.
Nah,
bagaimana cara mengelola keuangan keluarga di saat krisis? Berikut
tips sederhananya,
credit |
1.
Setiap Rizki Akan Dimintai
Pertanggungjawaban
Sebagai seorang muslim, kita sudah tentu faham bahwa setiap rizki
yang Allah berikan pada kita akan dimintai pertanggungjawabannya.
Berapa pun jumlahnya. Jadi alangkah lebih baiknya jika kita terlebih
dahulu bersepakat dengan suami untuk mengalokasikan rizki yang
diterima pada hal-hal yang bisa kita pertanggungjawabankan.
Kita
bisa mengambil pelajaran pada sahabat Rasulullah SAW, yang terkaya
yaitu Abdurrahman bin Auf.
Beliau mensedekahkan seluruh hartanya di jalan dakwah karena
mendengar Rasulullah SAW berkata, bahwa di akhirat nanti di antara
para sahabat, dialah yang paling lama dihisabnya disebabkan hartanya
yang banyak.
2.
Pangkas Pengeluaran yang Tidak Penting
Disaat
harga-harga kebutuhan pokok naik sementara penghasilan tetap, kita
bisa mengatasinya dengan memangkas atau menghilangkan sama sekali
pengeluaran yang tidak penting. Misal belanja hijab karena tergoda
modelnya yang bagus, padahal di lemari jilbab sudah menumpuk.
Intinya, kita harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana
keinginan.
3.
Ibu adalah Ahli Gizi di Rumah
Meskipun
sedang sulit, seorang ibu tetap memiliki kewajiban yang besar untuk
menjamin gizi setiap anggota keluarga, terutama anak-anak yang masih
dalam tahap pertumbuhan. Jangan karena harga daging naik, kita makan
kerupuk tiap hari untuk berhemat. Allah mewajibkan kita untuk
mengkonsumsi makanan yang halal dan toyib. Jika tidak maka tubuh kita
yang akan menanggung resikonya.
“dan makanlah makanan yang
halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan
bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya” Al Maidah : 88
Caranya,
kita bisa mengganti menu daging dengan sumber protein yang lain
seperti ikan dan tempe atau tahu. Kalaupun mau daging bisa dikurangi
kuantitasnya dengan memasaknya menjadi sup daging dengan kuah yang
banyak. Makanan yang sehat sangat penting untuk tubuh kita.
Rasulullah SAW sangat menyukai muslim yang kuat.
4.
Jangan Lupa Infaq dan Sedeqah
Sesulit
apa pun kondisi kita, jangan lupa untuk meberikan hak orang lain yang
terselip di antara harta kita. Sedeqah bisa menjauhkan diri kita dari
marabahaya dan memperlancar datangnya rizki. Justru sedeqah di saat
sulit nilainya akan semakin tinggi di hadapan Allah dibandingkan
sedeqah di saat lapang.
5.
Membuat Rincian Pengeluaran
Agar
rizki yang kita terima bisa cukup memenuhi kebutuhan kita, kita bisa
membuat rincian pengeluaran dengan membuat pos-pos pengeluaran. Ini
untuk makan, ini untuk sedeqah, ini untuk bayar listrik, ini untuk
beli sabun, dll. Hal ini dilakukan agar pengeluaran kita lebih jelas.
6.
Jangan Bersikap Apatis
Mentang-mentang
gaji suami kita cukup, kita jadi tak peduli nasib orang lain. Malah
dengan entengnya bilang, Alhadulillah ya, kebutuhan kita mah masih
bisa terpenuhi walaupun sedang krisis. Bersyukur
itu harus, tapi jangan jadi apatis juga dengan nasib orang-orang
disekeliling kita. Tengok deh, apakah ada tetangga kita yang
berprofesi tukang daging dan kian merugi? Atau adakah tetangga kita
yang suaminya kena PHK?
Pertumbuhan
ekonomi yang tergantung pada lemah atau kuatnya nilainya mata uang
adalah sebab diterapkannya ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis
menjadikan uang kertas sebagai alat tukar padahal nilai ekstrinsik
dan instrinsiknya tidak sama. Hal inilah yang menyebabkan nilainya
berubah-ubah. Selain itu karena adanya pasar saham, maka uang lebih
banyak berputar di sektor nonriil. Sedangkan dalam sistem ekonomi
islam, mata uang dinar dan dirham yang dijadikan alat tukar karena
terbuat dari emas dan perak sehingga nilainya tetap. Selain itu islam
juga mewajibkan para aghniya (orang kaya) untuk berzakat agar
uang bisa berputar di masyarakat. Hal ini menjadikan uang tidak hanya
berputar di sektor nonriil atau kalangan tertentu saja.
Maka
dari itu kita harus berusaha, minimal dengan doa agar kelak kita bisa
hidup dengan aturan dari Sang Pencipta yang Mahasempurna bukan aturan
abal-abal buatan manusia. Nilai lebih kalau kita mau berjuang dengan
aksi nyata. Yuk! Mengkaji islam!
Nice share mbaakk
BalasHapusLg butuh banged semangat mengelola keuangan nih
Hihihihi ..
Semoga bs jadi bank-nya suami dan anak2 yaaaa.
(/ω\)
makasih mbak :))
Hapusiya aaamiiin. semoga kita bisa menjadi manager keuangan yang baik yaa
Jazakallah khair ^^ bermanfaat banget postnya
BalasHapusaaamiiin.
Hapusterima kasih sudah berkunjung mbak. salam kenal
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus