12 Maret 2019

Dilan Tak Pantas Jadi Idola


Dilan 1991 yang merupakan sequel dari Dilan 1990 tengah tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Seperti tahun kemarin, tahun ini pun film Dilan kembali menyedot perhatian, terutama kaula muda.

Film yg diangkat dari Novel karya Pidi Baiq ini menceritakan seorang pemuda bernama Dilan, dan tentang kehidupannya sebagai pelajar dan anggota geng motor. Lengkap dengan kisah cintanya dengan seorang gadis bernama Milea. Dilan ini pandai merayu dan mengungkapkan kata-kata puitis. Mungkin ini yang membuat para gadis tersihir.


Yang lebih fenomenal, penayangan film Dilan 1991 diikuti dengan rencana pembangunan taman Dilan di Bandung dan penetapan hari Dilan yang digagas Kang Emil, gubernur Jabar. Tak pelak hal ini memicu pro dan kontra di tengah masyarakat. Menurut pihak yang pro, pembangunan taman Dilan bisa meningkatkan sektor pariwisata di kota Bandung. Karena biasanya tempat yang dijadikan lokasi syuting suatu film banyak menarik wisatawan untuk 'menapak tilasi' cerita film tersebut. Sedangkan bagi pihak yang kontra, pembangunan taman Dilan dinilai akan membawa efek negatif bagi generasi muda. Secara tidak langsung, pemerintah seolah mengamini gaya hidup remaja yang bebas seperti dikisahkan dalam film Dilan. Pun pemerintah seolah memfasilitasi remaja untuk melakukan hal yang dilarang agama (pacaran) seperti yang diprimosikan film Dilan.
Lebih jauh, seorang pemerhati remaja Lucky B Rauf, mengatakan film Dilan merupakan simbol bagi vandalisme. Bagaimana tidak, di film Dilan 1990 dikisahkan Dilan sebagai anggota geng motor dan kerap melakukan tawuran. Yang lebih parah, ada adegan Dilan yang menantang gurunya sendiri.

Dalam Islam, aktivitas pacaran jelas haram. Seperti yang tertera dalam surat Al isra ayat 32.
"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk."

Dan pacaran termasuk kedalam aktivitas mendekati zina. Karena kita tak bisa menutup mata, perbuatan zina banyak berawal dari pacaran. Banyak remaja yang terjerumus seks bebas dan hamil di luar nikah juga akibat dari pacaran.

Generasi seperti apa yang diharapkan pemerintah?
Bagaimana bisa generasi kita tumbuh menjadi generasi yang kuat secara aqidah, moral dan mental, sementara film Dilan -yang picisan- dipromosikan besar-besaran? Padahal isi ceritanya sarat dengan gaya hidup remaja yang bebas, jauh dari nilai keagamaan.
Tak heran, jika sebagian mahasiswa di Makassar berdemo menuntut penayangan film Dilan dihentikan.


Intinya, bagi generasi muda, daripada buang-buang waktu dan uang untuk nonton Dilan yang unfaedah, lebih baik isi waktu-waktu kalian dengan menuntut ilmu, memperbaiki diri dan mengasah potensi. 

Dan daripada Mengidolakan sosok Dilan yang fiktif dan lebay menurut saya, lebih baik mengidolakan generasi-generasi muslim terdahulu yang terdepan dalam ilmu pengetahuan, akhlak, juga pembelaannya terhadap Allah dan Rasulnya. Yuk baca Shirah para sahabat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming