Sudah dua tahun lebih saya tinggal di
Tangerang. Walaupun hanya warga pendatang tapi saya miris menyaksikan
pemberitaan yang akhir-akhir ini santer di media. Yah, apalagi kalau
bukan pemerintahan dinasti yang Ibu Ratu bangun di Provinsi Banten.
Sebagaimana kita tahu bahwa pemerintahan dinasti adalah sebuah sistem
pemerintahan yang kekuasaannya diwariskan secara turun temurun dari
ayah ke anaknya. Bedanya, kalau di Provinsi Banten, Ibu Ratu
menjadikan anggota-anggota keluarganya untuk menjadi kepala daerah di
dareah yang berada dalam kekuasaan Pemprov Banten. Parahnya lagi Ibu
Ratu memadukan politik dengan bisnis kelurganya. Sebutlah hotel Ratu
yang menjadi tempat rapat kedinasan atau pom bensin yang menjadi
tempat wajib bagi PNS Banten untuk melakukan pengisian BBM. Apakah
salah jika kemudian banyak pihak yang mencurigai bisnis tersebut
menggunakan uang rakyat?
Fakta lain yang membuat saya miris
adalah kasus suap yang dilakukan adik Ibu Ratu yang ternyata menyeret
ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Muchtar. Akil Mochtar diduga kuat
tersangkut kasus suap tentang sengketa Pemilukada di Kabupaten
Lebak-Banten.
credit |
Sistem Pemerintahan Islam
Secara khusus islam tidak mewajibkan
untuk mewariskan kekuasaan. Sistem pemerintahan islam bukanlah
dinasti atau kerajaan. Sebagai contoh, setelah Rasulullah wafat, yang
menggantikan beliau memimpin umat islam adalah Abu Bakar Ash Shidik.
Dilanjutkan dengan Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan kemudian Ali Bin
Abi Thalib (Khulafaur Rasyidin). Islam memerintahkan untuk memikulkan
kekuasaan pada orang yang benar-benar mampu. Bukan diwariskan dari
ayah ke anaknya. Menurut guru saya, inilah kenapa Rasulullah tidak
memiliki anak laki-laki. Karena Jika Rasulullah memiliki anak
laki-laki, maka dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman pada tubuh
umat tentang pengangkatan seorang pemimpin, atau dalam islam dikenal
dengan sebutan khalifah.
Khalifah dipilih oleh umat islam bukan
berdasarkan suara terbanyak. Tapi dinilai dari keterikatan pribadinya
pada Al-qur'an dan hadits serta kemampuannya dalam memimpin dan
memecahkan ploblem umat islam. Jika sudah ditentukan siapa
khalifahnya, maka seluruh umat islam berbaiat kepadanya.
Satu hal yang saya garis bawahi adalah
islam melarang memberikan kepempinan kepada orang yang memintanya.
Sebagaimana hadits ini,
“Diriwayatkan dari Abu Musa
al-Asy’ari r.a, ia berkata, “Aku dan dua orang dari kaumku datang
menghadap Nabi saw. Salah seorang mereka berkata, ‘Ya Rasululloh
SAW angkatlah kami sebagai pejabatmu.’ Satu orang lagi juga
mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasululloh SAW bersabda, ‘Kami
tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang
meminta dan berambisi untuk mendapatkannya’,” (HR Bukhari
[7149] dan Muslim [1733]).
“Kami tidak menyerahkan
kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada
orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari no.
7149 dan Muslim no. 1733)
notes : Sebenarnya ingin nulis lebih panjang dari ini. tapi apa daya. ilmunya masih cetek
Ngeri ya Ratu Atut... >,<
BalasHapusBisa gitu semua keluarganya jadi pejabat...