22 Oktober 2016

Antara Ahok dan Ketaatan Kita

Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini mengusik ketenangan kita sebagai umat beragama, pun umat yang hidup berdampingan dengan umat agama lain. Sebut saja peristiwa penistaan Al-qur'an oleh calon gubernur DKI petahana, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Meskipun Ahok menyangkal dan berkilah bahwa ucapannya itu tidak bermaksud menghina Al qur'an, umat muslim terlanjur sakit hati. Ribuan umat muslim yang tergabung dalam beberapa ormas berrunjuk rasa menuntut  agar kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok segera dibawa ke ranah hukum.

Pada pidatonya di Kepulauan Seribu, Ahok mengatakan bahwa "jangan mau dibodoh-bodohi dengan Al Maidah 51". Inti yang saya tangkap adalah Ahok ingin mengatakan bahwa umat islam yang mau memilih dirinya di Pilkada nanti, ya silahkan pilih saja, jangan mau dibodohi dengan isi surat Al Maidah ayat 51".

Surat Al Maidah 51 isinya adalah tentang larangan Allah bagi kaum mukmin untuk menjadikan orang kafir sebagai teman dekat atau sahabat. Sayang seribu sayang, umat islam pun terpecah menanggapi pernyataan Ahok ini. Ada yang mengutuk bahkan ada pula yang membela Ahok. Akar masalah dari perbedaan ini adalah penafsiran yang berbeda terkait ayat tersebut.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ 
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.  Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51)