Ada
apa ini? Februari sudah diakhir, dan saya belum memposting satu pun
tulisan di blog selama tahun ini. Niat hati ingin menjadi blogger
yang konsisten tapi tak cukup kuat di action. Duduu. Tahun ini saya
diamanahi mengajar di madrasah dari jam 2 sampai jam 4 sore, otomatis
waktu yang bisa saya gunakan untuk menulis semakin berkurang.
Pagi-pagi sibuk dengan urusan domestik, siang ke madrasah, malam
ketiduran. Selalu seperti itu. *banyak alasan banget ya. Ya, intinya
saya belum bisa membagi waktu. Dan hari ini mumpung sempet, saya
ingin mengeluarkan unek-unek yang selama ini mendekam dalam benak.
Cielaaaa.
Tentang
apa itu? Masih tentang ibu dan dunianya.
Belakangan
ini menjamur sekali seminar, artikel, maupun buku-buku tentang
parenting. Praktisinya pun banyak. Berbanding lurus dengan hal ini,
semakin banyak pula ibu-ibu yang tercerahkan. Kini mereka sadar bahwa
menjadi seorang ibu bukan hanya tentang melahirkan, memberi makan dan
memandikan anak, tapi lebih dari itu, seorang ibu adalah arsitek
peradaban yang ditangan merekalah nasib sebuah generasi
dipertaruhkan. Para ibu pun rela mengeluarkan waktu dan rupiah yang
tak sedikit demi mengikuti seminar parenting, membeli buku-buku
parenting dengan satu tujuan yang mulia yaitu menjadi ibu yang baik.
Menjadi seorang ibu memang tak semudah yang dibayangkan. Banyak
sekali amanah dan peran yang harus diselesaikan.
Namun
disayangkan, kebanyakan dari seminar dan buku-buku tersebut hanya
menyentuh satu peran seorang perempuan saja, yaitu menjadi ibu.
Akibatnya banyak ibu yang hanya berkutat di satu peran ini saja.
Padalah seperti yang dipaparkan Fika Komara dalam bukunya yang
berjudul Muslimah Negarawan, bahwa perempuan itu harus memiliki 3
visi dalam hidupnya. Visi keilmuan islam, visi pendidik generasi dan visi pergerakan opini.