18 April 2013

Disakiti Pemerintah


Saya adalah penonton setia Maroi Teguh Golden Ways setiap hari minggu di Metrotv. Saya ingat, entah di tayangan tanggal berapa, Pak Mario membuat polling yang masih membekas diingatan saya sampai sekarang. Pertanyaannya, kapankah kamu merasa sangat tersakiti?

Pilihan pertama, ketika orang yang kamu sayangi mengkhianati kamu
Pilihan kedua, ketika rekan bisnis mengkhianati kamu
Pilihan ketiga, ketika kamu dikhianati pemerintah

17 April 2013

Yang Paling Dekat dengan Kita : Kematian


Minggu, tanggal 7 April yang lalu, saya mendapat kabar bahwa sahabat saya, Teh Iyen namanya, telah meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi roji'un. Saya terkejut bukan main. Enggak nyangka sama sekali jika Teh Iyen akan kembali padaNya di usia yang masih sangat muda. Saya rasa usianya belum menginjak 30 tahun. Dia baru menikah sekitar 1 tahun yang lalu. Saya mengenalnya karena kami sama-sama tergabung dalam Majelis Taklim Remaja Bilkis yang diasuh oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Tak lebih satu tahun kami bersama. Bareng-bareng membuat acara untuk remaja dan ikut serta dalam beberapa kepanitiaan dauroh. Teh Iyen ini, orangnya pendiam, kurang lebih sama seperti saya. Hal positif yang saya lihat darinya adalah dia tak pernah mengeluh jika diamanahi tugas apapun. Dan satu hal lagi, dia orangnya tak malu bertanya akan hal-hal apa saja yang belum dia ketahui.

6 April 2013

KRL ekonomi : Haruskah Pensiun Dini?

Seperti pemberitaan yang dilansir media akhir-akhir ini, KRL ekonomi rencananya akan diberhentikan pengoperasiaannya. Alasan yang dikemukakan PT KAI cukup masuk akal. Biaya operasional KRL ekonomi cukup tinggi sementara pemasukan yang diperoleh PT KAI sangatlah minim. Akibatnya, pengeluaran PT KAI membengkak. Menurut PT KAI lagi, subsidi yang diberikan pemerintah nyatanya tidak menutupi seluruh biaya operasional. Alih-alih menguntungkan PT KAI, pengoperasiaan KRL ekonomi malah membebani.

3 April 2013

Catatan Ummi Kece #3


KETIKA SI KECIL SAKIT

Sehat adalah salah satu nikmat yang sering lupa untuk kita syukuri. Padahal, ketika kesehatan itu diambil barang 1 hari saja, banyak hal-hal positif yang tak bisa kita lakukan. Tapi, sakit juga bisa menjadi wasilah kedekatan kita dengan Sang Pemilik Kehidupan manakala kita bersabar dengan kesakitan yang kita rasakan. Atau manakala kita sehat kita alpa untuk mengingatNya. Baru deh, pas sakit rajin ibadahnya (pengalaman).

Nah. Dalam postingan kali ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman saya ketika Khoiry terserang demam. Ternyata kita lebih merasa khawatir ketika anak sakit dibandingkan ketika kita sendiri yang sakit. Saya kalang kabut. Dan berusaha melakukan hal terbaik untuk merawat anak saya. Saat itu, tanggal 3 Januari 2013, bada dzuhur, saya pegang kepala Khoiry, temperaturnya sedikit hangat. Saya biasa saja karena Khoiry memang terkadang hangat kepalanya. Namun saya mulai mengkhawatirkan kondisinya, karena setelah itu Khoiry tidak aktif bermain seperti biasanya. Bahkan dia tambah rewel dan minta digendong terus. Setelah magrib panasnya makin tinggi. Karena di rumah belum punya termometer, akhirnya saya hanya mengira-ngira berapa panasnya. Catatan untuk para Bunda, sebaiknya punya termometer di rumah agar bisa tahu suhu badan si kecil ketika sakit yaaaa. Jangan kayak saya *plaaaak. Perhitungan saya, pasti panasnya sudah mencapai 37 derajat. Saya mencoba menangkan diri saya dulu and be positif thinking. Si kecil baik-baik saja. Kata-kata itu yang terus saya rapalkan. Saya kemudian mengompresnya dengan air hangat untuk mengurangi suhu di permukaan kulit. Sayangnya, Khoiry malah berontak. Tidak mau dikompres. Lap kompres kerap kali ditariknya kemudian dilempar. Saya coba membujuknya dengan mengeyong-ngeyongnya (*halaaaah apa pula bahasa Indonesianya mengeyong?) ketika dia protes dan ngambek. Akhirnya dia diam untuk beberapa menit dan mau dikompres.

2 April 2013

Dua

Dua tahun bukan waktu yang sebentar bagi kita untuk merangkum semua rasa, entah itu sedih, bahagia, gundah, kecewa, haru, putus asa dan bangga menjadi sebuah penerimaan yang sempurna.

Kita bersama tapi kita berbeda. hanya satu persamaan kita, yaitu keinginan untuk hidup bersama di surgaNya

Catatan Ummi Kece #2

Qada Seorang Anak


Berbicara qada dan qadar, menurut apa yang saya pahami, qada adalah takdir dari
Allah SWT yang dengannya kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Misalnya jenis kelamin, bentuk fisik seseorang, dan warna kulit. Sedangkan qadar adalah takdir Allah yang dengannya kita akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini menyangkut pilihan-pilihan apa saja yang kita ambil selama hidup. Jujur atau bohong? Amanat atau khianat? Terpuji atau tercela? Pacaran atau nikah? Kopi atau susu? *eh
Memang kerap terjadi perdebatan tentang definisi qada dan qadar ini, tapi yang jelas, yang menjadi kewajiban kita adalah mengimaninya karena beriman pada qada dan qadar termasuk ke dalam rukun iman yang enam. (eh, bukankah sebelum beriman kita harus paham dulu? Nah lo!)