30 September 2014

Keluarga Berencana : Pandangannya Dalam Islam

credit


“Emangnya nggak KB Teh?”
“Teteh KB?”
Pertanyaan-pertanyaan ini yang kerap saya terima ketika hamil anak kedua. Ya, saya maklumi saja. Pantaslah mereka bertanya karena jarak kehamilan saya cukup dekat. Saya hamil anak kedua ketika anak pertama saya berusia 19 bulan. Hamil dengan jarak yang cukup dekat memang mengundang kontroversi (berasa artis) setelah program KB marak di masyarakat. Apalagi kalau ditambah dengan mengingat usia si kakak yang masih kecil dan butuh perhatian. Ribet katanya, ngurus batita dan bayi sekaligus. Iya sih, *berasanya sekarang :P

26 September 2014

6x4 di PR Matematika Adik : Penjelasan dan Pencerahan Karenanya



Dengan semakin bertambahnya pengguna dan penggunaan sosmed, menjadi terkenal dan eksis sangatlah mudah, tinggal bikin sensasi, digosok-gosok, melesatlah nama kita jadi trending topic di jagad maya. Oke! Sebut saja, dijah yellow yang terkenal karena aksinya di instagram atau kasus terakhir yang melejitkan nama Florence sihombing karena membuat makian yang tidak pantas untuk masyarakat Yogyakarta di akun pathnya. Dan beberapa hari terakhir ini, PR matematika adiknya yang duduk di kelas 2 SD membuat nama Muhammad Erfas Maulana melanglangbuana.

Awalnya, saya berpikir, kok tega banget ya gurunya. Padahal kan hasilnya sama saja. Kenapa pula pengerjaannya harus persis sama dengan sang guru kalau ternyata hasilnya toh sama. Namun pikiran ini berubah setelah membaca status seorang teman di facebook yang notabene dia adalah guru matematika. Dia bilang, sang guru sudah mengambil langkah yang tepat dengan menyalahkan PR muridnya, karena memang pengerjaannya salah. Misal B+B+B+B+B+B = 6B bukan B6 kan?. Ini sama saja dengan soal 4+4+4+4+4+4 = 6x4 bukan 4x6. Matematika itu ilmu pasti. Yang rumus dan pengerjaannya sudah baku berbeda dengan pelajaran non eksak. Angka boleh sama namun dalam konseptual dan logika berbeda.

Sayangnya, kebanyakan guru matematika melakukan metode pengajaran yang mengharuskan muridnya untuk hapal, bukan faham. 6X4=24, 1+1=2. Ini pengalaman saya dulu. Setiap siswa dituntut untuk menghapal rumus yang seabrek. Rumus luas lingkaran begini, untuk mencari integral seperti ini. Tanpa disertai dengan penjelasan kenapa harus seperti itu. Al hasil, siswa hanya mampu memecahkan soal yang pengerjaannya sama persis dengan rumus. Ketika masalah dikembangkan, bingunglah mereka. Bagi siswa yang cerdas mungkin bisa, tapi bagi siswa yang memiliki kemampuan terbatas, semakin ngeri-lah dia dengan pelajaran matematika.

Yep! Akhirnya, dari penjelasan Pak Guru dan fenomena 6x4 ini, saya mendapat sebuah pencerahan. Kita sering kali berkilah dengan kata “yang penting hasilnya sama” atau “yang penting itu proses bukan hasil.” Padahal, untuk apa hasil sama ketika dilakukan dengan cara yang keliru. Selain itu, proses yang akan dihargai tentunya adalah sebuah proses yang sesuai dengan ketentuan dan hukum-hukum yang berlaku. Kalau proses yang kita lakukan keliru jangan mengharapkan penghargaan, apalagi hasil yang luar biasa.

Finally, kesimpulannya adalah hasil akan dianggap keliru ketika prosesnya keliru, sekalipun hasilnya benar. Seperti itu pun hidup. Keberhasilan yang sesungguhnya akan kita raih manakala ikhtiar atau proses yang kita lakukan benar.

22 September 2014

Menjadi Orangtua Tak Perlu Sekolah Tinggi


Kasus kekerasan yang terjadi di baby daycare pertamina beberapa waktu lalu kembali mencuatkan perdebatan antara working mom vs fulltime mom. Para fulltime mom seolah mendapat kekuatan baru untuk menyerang working mom dengan adanya kasus ini. Nyinyir-nyinyiran ala ema-ema pun kembali terjadi. Beberapa hari setelah mendapat berita tentang kekerasan di daycare, saya menemukan sebuah gambar yang berisi percakapan antara kawan lama, dimana yang satu adalah working mom dan yang satu fulltime mom.

5 September 2014

Tentang malaikat Kedua dan Air Mata

Sambadi miss mi?
Eaaaa... setelah lama nggak menyapa lepi, akhirnya kali ini bisa nongol lagi di blog yang sudah lama nggak keurus. Apa kabar page view? Yaaaa.. garuk-garuk tanah lihat statistik blog yang semakin menggenaskan. Ya sudahlah, balik lagi ke niatan awal ngeblog untuk ngshare pengalaman dan ilmu saya yang masih seumprit. Itu saja. Sebenarnya sih, ngarep juga mudah-mudahan bisa dapet lebih dari itu. :D

Setelah lama hengkang dari dunia ngeblog, dan Bw-an. Saya bawa kabar gembira selain kulit manggis yang sudah ada ekstraknya nih. Apa itu? Saya sudah lahiran loh . Jreng.. jrengg.. . Alhamdulillah. Tanggal 12 Agustus anak kedua saya lahir. Laki-laki. Sudah punya sepasang ya. Tapi sepasang lagi boleh lah. Hihii. Mudah-mudahan masih kuat ngedennya. *apa sih?

Inilah sebab musababnya saya menghilang dan kali ini muncul dengan kantung mata yang hitam, mata terkantuk-kantuk, badan agak kurus meski nafsu makan bertambah, dan baju yang sedikit bau pesing. Yah, itulah nikmatnya mengurus baby. Cape sih, tapi nggak kerasa begitu melihat senyuman si kecil. *uhuk

Perkenalan babynya nanti saja ya. Kali ini saya mau memenuhi tantangan seorang sahabat yang meminta saya untuk membuat sebuah tulisan dengan tema “Air mata tanda kasih sayang Allah pada perempuan”. Udah kayak lomba menulis aja pake tema-temaan segala. Kalau ada hadiahnya makin cihuy nih :P

Tahap selanjutnya saya berpikir, apa yang mau saya tulis? Bagaimana aktualisasinya dalam kehidupan seorang perempuan kalau air mata itu tanda kasih sayang Allah untuknya?
Mungkin karena hati seorang perempuan itu lembut dan mudah tergores kali ya? Jadi, seperti halnya betadin, air mata ini berfungsi untuk mengolesi hati perempuan yang luka tersebut biar cepet sembuh, atau at least ngurangin rasa sakitnya.

Tapi belakangan ini, saya sering ketawa sendiri ketika menyadari betapa pintar sekaligus kejamnya saya. Masih ada hubungannya dengan air mata. Pernah suatu malam, si sulung nangis-nangis nggak jelas. Meraung-raung di tengah keheningan malam. Susah banget didiemin. Dikasih itu ini nggak mempan, ditakut-takutin malah tambah kenceng, digendong malah meronta-meronta. Saking kencengnya dia nangis, si debay pun ikutan bangun dan nangis pula. Saya gendong dan nenangin dedenya dulu. Mungkin karena cemburu, si teteh malah makin menjadi nangisnya. Abinya juga kewalahan. Kesel lah saya. Sebagai perempuan dengan kadar kesabaran yang terbatas, saya meradang, untung nggak sampe keluar tanduk merah. Siapa yang bilang mengurus baby dan batita bersamaan itu mudah? Ala maa susah pooool. Butuh kesabaran ekstra dan ilmu yang banyak. Mungkin karena marah, ngantuk dan rasa lelah yang berakumulasi, nangis bombay lah saya. Nunduk di kasur sambil sesenggukan. Tapi setelah itu si teteh diem di gendongan abinya. Mungkin kasihan kali ya lihat umminya yang kacau balau.

Setelah kejadian itu, setiap si teteh rewel dan nggak bisa dinasihatin, saya suka pura-pura nagis. Hahhah :D karena setelahnya si teteh pasti nurut dan nggak rewel lagi. Ibu macam apa saya?
Ini hanya siasat saja. Daripada marah-marah nggak jelas kan ya. Seperti kata Mamah Marshanda, mendidik dan membesarkan anak itu nggak mudah. Ada aja dramanya. Si kakak yang mudah nangislah atau si debay yang sering banget pipis. Hihi. Tapi selalu saja ada yang bisa dikenang dibalik semua kerusuhan yang mereka buat. Kadang saya dan suami suka ketawa-ketawa berdua begitu si teteh selesai nangis dan tertidur pulas dengan sendirinya. Kok bisa gitu yaa. Kadang sambil tuding-tudingan pula nurun dari siapa sifat cengengnya.

Si teteh itu a.k.a Khoiry meskipun cengeng dan emosinya meledak-ledak, tapi daya ingatnya kuat banget. Sudah hapal warna-warna utama yang suka ada di pensil warna. Hapal huruf hijaiyah sampai tsa. Hapal nama-nama binatang., lagu-lagu, sedikit surat al fatihah. Intinya, kalau disuruh ngapalin, si teteh deh jagonya. Meskipun pemalu sama orang baru, tapi dia aslinya cerewet, beda sama Ummi dan Abinya. Apa-apa dikomentarin dan ditanyain. Si teteh ini nggak bisa dibentak, kalau dibentak malah menjadi, dia lebih masuk dinasihatin dengan cara yang halus, termasuk dengan air mata. *nggak pake buaya.

Kalau si debay belum kelihatan karakternya. Cuman motoriknya bagus banget. Usia satu hari sudah bisa ngemut jari. (karena nggak mau dibedong). Anteng pula dia, tidur mulu hobby-nya. Yeee namanya juga bayi. Hihi ;p

Tapi mommy, kalau diinget-inget lagi, bukankah dulu kita yang meminta untuk memiliki mereka? Anak-anak kita? Setelah Allah mengabulkan doa kita, apa kita pantas menyia-nyiakan mereka begitu saja? Meskipun berat rasanya, cape dan sebagainya, tapi ya itulah kewajiban kita sebagai seorang ibu. Kalau menjadi seorang ibu mudah, tentu nabi Muhammad tak akan mengatakan kalau surga itu di bawah telapak kaki ibu. Right? Butuh perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Saat ini mungkin anak-anak masih sering merepotkan kita. Mandi harus dimandiin, makan disuapin, minta digendong, selalu minta ikut kemana pun kita pergi, tapi suatu hari nanti, ketika mereka sudah dewasa dan jauh dari kita, kita pasti merindukan saat-saat mereka tidur dipelukan kita, pergi berdua dengan mereka dan merindukan saat dimana mereka membutuhkan kita. Jadi, seharusnya tak sedetikpun kita menyia-nyiakan waktu dengan mereka.
*nangisjaim

Balik lagi ke air mata. Saya rasa air mata tak hanya tanda kasih sayang Allah untuk perempuan, tapi untuk semua manusia. Coba lihat hadits ini.

1) Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah dalam naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : 1. pemimpin yang adil, 2. pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), 3. seseorang yang hatinya senantiasa bergantung pada masjid-masjid (sangat mencintainya dan selalu melakukan shalat jamaah di dalamnya), 4. dua orang yang saling mengasihi karena Allah (keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah), 5. seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang perempuan yang punya kedudukan lagi cantik, tetapi dia mengatakan, “Aku takut kepada Allah !”, 6. seseorang yang bersedeqah dengan merahasiakannya sehingga tangan kanannya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kirinya, 7. dan seseorang yang ingat kepada Allah diwaktu sunyi, sehingga meleleh air mata dari kedua matanya”.
[HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh itu baginya. Adapun pada lafadh Bukhari disebutkan : Sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedeqahkan tangan kanannya]

2) Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang bermalam berjaga di jalan Allah”. [HR. Tirmidzi, ia berkata Hadits hasan gharib].
credit

Yah, dengan menangis karena takut pada Allah, Allah akan memberikan naungan dan menjauhkan neraka dari kita. Nggak main-main ya ganjarannya. Hanya saja, nangis di sini bukan sembarang nangis kali ya. Setiap orang bisa menangis, tapi menangis karena takut padaNya? Seringnya malah kita lalai. Nangis selesai sholat malah ngenes karena belum punya ini itu, belum bisa ini itu dan karena masalah hidup yang sepele. Woy, siapa itu. Nunjuk sendiri.

Jadi, yuk mari kita nangis. *eh.
Setelah nangis, kemudian lebih berhati-hati dalam berbuat karena sadar Allah memperhatikan kita kapan pun dan dimana pun. Cari tahu dulu apakah perbuatan ini merupakan perbuatan yang dilarangNya atau tidak. Mungkin orang seperti ini yang akan Allah jauhkan dari neraka. Kalau setelah nangis kita masih sembrono dalam berbuat, yah apa atuh itu mah?