31 Maret 2017

Jalur Nafkah Bagi Perempuan dalam Islam


credit

Kisah pilu bocah 12 tahun di Sumedang yang harus mengurus 3 orang adiknya menyadarkan kita banyak hal. Revan terpaksa berhenti sekolah karena harus mengurus 3 adiknya, bahkan yang paling kecil masih berusia 4 bulan. Ayahnya meninggal bulan Desember lalu dan sang ibu terpaksa bekerja ke Jawa untuk menghidupi keluarganya. Alhasil, Revan lah yang bertanggungjawab mengurus 3 orang adiknya seorang diri.

Menurut penuturan para tetangga, Yuyun, ibu keempat anak tersebut selalu menolak jika diberi bantuan. Alasannya tidak ingin merepotkan orang lain. Lalu apakah karena alasan tidak ingin merepotkan orang lain, ibu Yuyun harus tega meninggalkan anak-anaknya untuk bekerja?

Tetiba saya ingat ceramah Mamah Dedeh yang kurang lebih isinya menganjurkan agar seorang perempuan bisa mandiri dengan memiliki penghasilan sendiri, tujuannya agar tidak melulu merepotkan suami dan bisa menghidupi keluarga setelah suami tiada. Benarkah? Menurut hemat saya, pendapat Mamah Dedeh ini tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Bekerja adalah sesuatu yang dibolehkan bagi perempuan dengan syarat pekerjaannya itu tidak melalaikan kewajibannya yang utama sebagai pengurus rumah tangga. Jika sepeninggal suami seorang perempuan ingin bekerja, maka sah-sah saja. Dengan syarat tidak melalaikan kewajibannya yang utama.tapi, bertolak belakang dengan hal ini saya berani bersaksi jika diluar sana banyak perempuan (sepeninggal suami) yang tetap bisa menghidupi anak-anaknya meski tidak bekerja. Yah, karena Allah lah yang memberikan rizki pada setiap makhluk-Nya dan ada banyak jalan pula hingga rizki itu sampai ke tangan kita.

14 Maret 2017

Memperbaiki Akhlak Setiap Muslim

credit

Islam adalah agama yang sempurna. Ia tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, namun mengatur juga hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan dirinya sendiri. Untuk hubungan manusia dengan Sang Khalik, islam mengaturnya dalam perkara akidah dan ibadah. Sedangkan untuk hubungan manusia dengan sesamanya, islam mengaturnya dalam perkara mu’amalat dan uqubat. Perkara pakaian, makanan, dan akhlak adalah aturan islam untuk hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Karena itulah, agama kita bernama islam (yang berarti selamat). Karena ketika setiap muslim melaksanakan aturan-aturan islam dengan sempurna, maka manusia akan selamat dunia dan akhirat.

Berbicara masalah akhlak, akhlak adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap muslim. Jika diibaratkan sebuah pohon, maka akhlak adalah buahnya. Ketika kita mengingankan buah yang bagus, maka pohon tersebut haruslah memiki akar, batang, dan daun yang bagus pula. Karena sebuah pohon mustahil akan berbuah dengan baik jika bagian pohon yang lainnya jelek. Begitu pula seorang muslim, dia akan memiliki akhlak yang mulia manakala dia memiliki akidah yang kuat dan diterapkannya aturan islam dalam setiap sendi kehidupan.

Bisakah saat ini seorang muslim, khususnya muslimah memiliki akhlakul karimah?

8 Maret 2017

Mengenalkan Huruf Hijaiyah pada Si Kecil dengan Cara yang Menyenangkan


Ah, anak saya mah, susah diajak belajarnya.”
Kalau anak saya senangnya main saja. Nggak mau disuruh belajar.”

Pernah dengar curhatan seperti ini? Sering! Saya malah satu dari jutaan ibu-ibu yang pernah mengeluhkan hal serupa. Si sulung a.k.a Teh Khoir yang tahun ini genap 5 tahun, dulu sangat sulit diajak belajar. Termasuk belajar membaca al qur’an. Baru dihadapkan dengan buku iqro saja, dia sudah nangis guling-guling. Uminya pun stres. Target yang telah disusun sedemikian rupa, tak bisa terealisasi.

Pada akhirnya saya mencoba berdamai dengan keadaan dan berusaha mencari solusi atas masalah yang saya hadapi. Saya mencari reperensi seputar dunia parenting yang bisa saya jadikan ajuan. Pada akhirnya saya menyadari bahwa selama ini saya keliru.
Setiap anak terlahir dengan firahnya sebagai pembelajar, hanya kita saja sebagai orangtua yang tidak bisa menemukan cara belajar yang disukai anak.

Belajar adalah sebuah proses untuk memahami sesuatu, sedangkan prosesnya sendiri tidak baku. Jadi mengajak anak belajar tidak berarti menghadapkan anak pada buku dan kita sebagai orangtua mengajarinya. Aduh.., zaman dulu sekali itu. Apalagi kalau ditambah dengan rotan di tangan sang ibu. Kezzzzzaaaam.

Pada postingan kali ini saya mau berbagi pengalaman ketika mengenalkan si sulung pada huruf-huruf hijaiyah. Langkah-langkah yang saya lakukan adalah,