19 April 2017

Menerbangkan Only Bird



Sudah ratusan kali saya meminta suami untuk mundur dari keinginannya dan harapannya akan Doyan Creative yang terlanjur membumbung tinggi. Namun ratusan kali juga suami meyakinkan saya bahwa Allah akan mewujudkan mimpi-mimpinya. “Allah itu seperti prasangka hamba-Nya,” katanya setiap kali saya mulai putus asa. “Ngelamar lagi atuh, Bi!” usulku agar dia mencari kerja saja. “Siapa atuh yang mau dilamar Aa?” jawabnya usil.

Yap. Seperti yang saya ceritakan 3 tahun lalu. Setelah suami resign, dia memutuskan untuk merintis bisnis kreatif di bidang IT. Melalui doyan creative, suami membuat aplikasi dan game yang bisa digunakan oleh pengguna smartphone.


Namun, setelah berjalan beberapa tahun, bisnis ini belum menemukan jalannya. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari suami berdagang dengan tetap mengembangkan doyan creative. Saya sering sekali sakit hati ketika keluarga dan tetangga nyinyir pada suami. Mereka bilang, buat apa sekolah tinggi jika ujung-ujungnya dagang!. Atau yang lebih nyelekit, ada yang meledek suami dengan sebutan sarjana salah jurusan. Ya Allah...
Namun suami memilih untuk tak mempedulikan itu semua. Mereka tak tahu apa yang sedang dan bisa kita lakukan, katanya.

Dan untuk menyikapi ke-keras kepala-an suami akhirnya saya memutuskan untuk mendukungnya. Bukankah itu tugas seorang istri? Lagi pula saya tahu, ada banyak hal baik yang bisa suami lakukan ketika bisnisnya berjalan.

Apa #OnlyBird?