4 Mei 2017

Kartun India Bukan Tontonan Anak-anak


gambar dari google
Akhir-akhir ini banyak bermunculan film kartun produksi india yang bertemakan detektif cilik atau super hero cilik. Sebut saja Shiva, Chacha Batija, dan Vir. Ketiga film ini mengangkat anak kecil sebagai tokoh sentral. Dimana, di setiap ceritanya, merekalah yang akan menyelesaikan berbagai kasus kejahatan.

Film-film ini sasarannya adalah anak-anak, namun sayang, film-film ini justru tidak baik untuk dijadikan tontonan anak. Pasalnya, bukan hanya banyak bermuatan kekerasan, film ini juga secara tidak langsung meremehkan orangtua. Di film Shiva misalnya, Shiva dan kawan-kawannya diceritakan selalu lebih pintar dari para polisi dalam mengungkap kejahatan. Atau di film Chacha Batija, ada saja ulah Pak polisi yang justru nyeleneh. Kan aneh?


Anak-anak seharusnya diajarkan untuk hormat kepada orangtua. Walaupun misalnya, Sang anak lebih pintar atau lebih kuat, tapi tetap saja orangtua ya orangtua. Mereka harus dihormati. Semakin banyaknya film yang meremehkan sosok orangtua berdampak pada semakin beraninya anak pada orang yang lebih tua darinya. Bisa kita lihat saat ini, banyak anak yang semakin berani pada orangtuanya atau semakin banyak murid yang berani pada gurunya sendiri.

Film yang bermuatan kekerasan juga menjadi salah satu penyebab semakin anarkis dan brutalnya anak Indonesia. Saya, yang setiap hari bertemu anak-anak di madrasah, merasakan betul dampaknya. Anak-anak sangat senang beradu jotos dengan teman yang lain. Mereka senang jika tahu merekalah yang paling kuat. 

rating Shiva
Naasnya, anak-anak justru menyukai tontonan seperti ini. Hal ini terbukti dengan rating Shiva yang ada di puncak dalam pemutaran perdananya tahun lalu. Sampai saat ini pun, anak-anak masih menyukainya. Entah karena apa..
 
Dewasa ini banyak pakar parenting dan para orangtua yang sudah menyadari bahaya televisi untuk anak. Menonton televisi, selain berdampak buruk pada daya tangkap dan konsentrasi anak, juga akan sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologisnya. Namun kami bisa apa? Yang memiliki kewenangan atas hak siar suatu tayangan adalah pemerintah, dalam hal ini lembaga penyiaran Indonesia. Seharusnya pemerintah dan si empunya televisi jangan hanya memikirkan aspek komersil dari sebuah tayangan saja, tapi juga dampaknya bagi masyarakat.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming