19 Maret 2018

Bagaimana Membangun Keharmonisan di Tengah Perbedaan Suami Istri ?



Beberapa waktu lalu, saya ikut kulwap di WAG Sakinah Family. Materinya bagus banget, seputar keharmonisan suami istri. Pematerinya Kang Canun alias Ikhsanun Kamil, beliau adalah seorang konsultan pernikahan dan keluarga. Begitu pengantar materinya diberikan saya merenung cukup lama. Ternyata hubungan saya dan suami selama ini masih banyak kekurangannya yaa.

Dalam materi tersebut disampaikan bahwa banyak pasangan suami istri yang mencintai tapi saling menyakiti. Wah kok bisa?

Dikisahkan, ada sepasang suami istri yang merayakan annyversary pernikahan emas mereka. Untuk merayakannya mereka makan bersama dan membakar ikan. Sang suami seperti bisa memberikan bagian kepala ikan kepada istrinya untuk dimakan, sementara suami memakan badan ikannya. Kemudian sang istri marah. Dia berkata, bagaimana mungkin sudah 50 tahun menikah suami tidak juga memahami istrinya? Jadi, ternyata sang istri sangat suka makan badan ikan yang banyak dagingnya. Tapi entah kenapa si suami selalu memberinya kepala ikan. Mendengar hal ini, si suami kaget. Dia berkata, dia memberikan istrinya kepala ikan justru karena dia menyayangi istrinya. Dia tak ingin istrinya tersendak duri ikan ketika memakannya. Karena dia tahu, bagaimana sakitnya tersendak duri ikan.

Nah, dari kisah ini kita bisa belajar. Kadang kita memperlakukan pasangan kita dengan perlakuan yang kita anggap baik bagi pasangan kita. Namun, belum tentu hal yang kita lakukan tersebut baik menurut pasangan kita. Jadi ungkapan “perlakukanlah pasanganmu sebagaimana engkau ingin diperlakukan” itu salah besar. Tapi perlakukanlah pasanganmu sebagaimana dia ingin diperlakukan.

Kunci dari masalah ini apa sih?
Menurut saya kunci dari masalah ini adalah komunikasi yang baik. Betul? Komunikasi yang baik bisa meminimalisir masalah yang timbul dari kesalahpahaman antara suami istri. Sayangnya, ego laki-laki dan perempuan itu beda banget. Istri maunya suami peka. Eh, suami maunya istrinya to the point. Kan nggak nyambung.

Jadi, agar hubungan suami dan istri bisa harmonis, keduanya harus memahami dulu bahwa karakter masing-masing individu itu beda. Setelah kita bisa memahami karakter masing-masing, kita bisa mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, kita inginkan, dengan cara-cara yang disukai pasangan kita.

Saya juga punya pengalaman nih.
Suami saya adalah tipe orang yang nggak mau ngerepotin orang, termasuk istrinya. Jadi ketika dia ingin apapun dia pasti lakukan sendiri. Mau kopi, nyeduh sendiri. Pengen makan ini itu, beli sendiri ke warung. Jarang banget dia nyuruh-nyuruh saya. Saya tahu, dia melakukan itu karena tak mau merepotkan saya. Dan prinsipnya, selama masih bisa dilakukan sendiri, ya kenapa harus minta bantuan orang lain?

Tapi, saya justru senang dimintai tolong oleh suami. Saya seneng liat istri yang sibuk ngelayanin suaminya dengan tulus. Nyiapin ini itu. Bikin ini itu. Waah. Maka dari itu saya coba mengkomunikasikan hal ini dengan suami. Hasilnya, suami jadi suka nyuruh-nyuruh saya. Kadang kebablasan sampai saya ngedumel. “Miwarangan wae ih!”
“Ye, katanya mau disuruh-suruh!”

yah, membangun rumah tangga, memang bukan sesuatu yang gampang. Menyatukan dua kepribadian dalam satu atap memerlukan proses yang lama. Yang terpenting adalah penerimaan masing-masing terhadap pasangannya. Kita adalah manusia yang tidak sempurna, masa mau nuntut pasangan kita untuk sempurna?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming