23 November 2011

'Aisyah Binti Abu Bakar




Nama itu adalah doa. Yap, kalian pasti setuju dengan statement yang satu ini. Menurut sebuah penelitian, sebuah nama bisa mempengaruhi psikologis seseorang. Kita lihat saja bagaimana sikap seseorang dengan nama Muhammad Al Fatih bisa menjadi panglima perang terbaik dan menaklukan konstatinopel. Karena Fatih itu sendiri berarti penakluk. Atau bandingkan dengan anak yang katanya gaul lalu, mengubah nama mereka yang tadinya Mulyadi menjadi Moldy misalkan, atau dari Samsudin menjadi Sam, bagaiman kelakuan mereka? Kalian pasti tahu.
Tapi, jika saya bilang nama itu juga adalah sebuah beban kalian setuju tidak? Yah, biarlah kalau jawaban kalian tidak. Karena bagi saya, jawabannya Ya. Kalian bisa bayangkan, bagaimana rasanya menyandang nama Siti Aisyah? Ya Allah, ada esensi tersendiri yang harus saya jaga. Nanti gimana dongs, kalau ada yang bilang, “Namanya aja Siti Aisyah, tapi kelakuannyaaaaaa kayak Siti Maemunah (yang namanya Siti Meamunah maaf yaaa, ini hanya perumpamaan saja ^^). tapi Naudzubillah jika selama ini saya melakukan ibadah hanya karena sebuah nama. Semoga niatnya benar-benar tulus karena Allah.
Walau bagaimana pun, ketika orangtua memberikan kita sebuah nama, tentulah mereka punya maksud tersendiri dan harapan-harapan atas kita, anaknya. Seperti ketika Bapak memberikan nama Siti Aisyah kepada anak pertamanya ini, sudah barang tentu harapan terbesarnya adalah agar anaknya kelak seperti 'Aisyah Binti Abu Bakar, salah satu wanita penghulu surga. Harapan yang benar-benar mulia.
Keistimewaan Aisyah RA:
a. Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah, dan yang paling banyak merawikan hadits dari Beliau. Ia merawikan 2210 hadits, 279 di antaranya terdapat di dalam Shahih Bukhari.
b. Ia adalah wanita yang paling luas ilmu dan pemahamannya di antara seluruh wanita umat ini. Ia termasuk wanita muslimah yang paling faqih dan paling mengerti tentang sastra dan agama. Banyak pembesar sahabat yang bertanya kepadanya tentang masalah-masalah fiqih, dan ia pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
c. Wanita yang dinyatakan kesuciannya dalam Al Qur’an. Kecintaan Rasulullah kepada Aisyah pernah menimbulkan kecemburuan di hati sebagian orang. Mereka menuduh Aisyah berbuat zina, padahal ia adalah wanita yang senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Allah telah membebaskannya dari tuduhan tersebut di dalam Kitab-Nya.
d. Tentang Aisyah, Rasulullah pernah mengatakan, “Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita yang lainnya adalah seperti keutamaan tsarid (makanan yang terdiri dari roti dan daging) atas makanan lainnya.” (HR. Al-Bukhari)
e. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sakit, Beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar Beliau dirawat di rumah Aisyah.
f. Amr bin Ash pernah bertanya kepada Rasul, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. “Ayahnya, Abu Bakar”, jawab Beliau. “Kemudian siapa?” tanya Amr. “Umar bin Khaththab”, jawab Beliau.” (HR. Al-Bukhari)
g. Satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah yang masih gadis.
h. Aisyah adalah wanita terkemuka dengan segudang keistimewaan, terkemuka dalam kedermawanan, kezuhudan dan sifat-sifat yang mulia.
i. Jibril as. memberi salam kepadanya
Ibnu Syihab menyatakan bahwa Abu Usamah berkata, “Sesungguhnya “Aisyah RA. pernah mengungkapkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Hai ‘Aisyah, ini Jibril. la mengucapkan salam kepadamu.” ’Aisyah membalas, “Wa ‘alaihis Salaam wa Rahmatullah wa Barakaatuh (semoga Jibril juga mendapat kesejahteraan, limpahan kasih sayang dan berkah dari Allah), Engkau (Rasulullah SAW) melihat sesuatu yang tidak dapat kulihat.” (Muttafaq ‘alaih)
j. Wahyu turun saat Nabi berselimut bersama Aisyah
”….Demi Allah sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu ketika aku sedang dalam satu selimut dengan siapapun di antara kalian (istri-istri Nabi), selain Aisyah”. (HR Bukhari)
k. Wanita yang sangat zuhud dan dermawan luar biasa, ahli ibadah dan puasa.
Kesimpulannya, sangat, bahkan sangat berbeda dengan diri ini (halah lebay ;p)
Jika Aisyah menikah pada usia 9 tahun, saya menikah pada usia 19 tahun. yaahh, padahal cuma beda di angka satu aja yaaa?
Usia 9 tahun, ya Allah saya bisa apa, jangankan untuk menikah, untuk shalat pun kadang masih harus diingatkan dan dipaksa ^^
Dan jangankan 2000 hadits, belasan hadits pun saya belum hapal. atau mungkin lebih tepatnya tak meluangkan waktu untuk menghapal. Hmmmmm
* Harapan saya, semoga kelak doa Bapak terkabul dan saya bisa seperti Aisyah walaupun kadarnya hanya sedikit.
Referensi : Dakwatuna.com, Rahasia Kedahsyatan Otak Wanita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming