gambar dr google |
Sore ini hujan turun lagi, entah berapa kubik air yang tumpah ruah di atas tanah kita.
Kau membuka jendela lantas membiarkan aroma basah memenuhi indera penciuman kita.
Bulir-bulir air yang jatuh di atas genteng rumah seolah perkusi alam yang mendendangkan tembang kegembiraan. Tik tok tik tok. Bersahut-sahutan dengan celoteh riang sang katak di tepian kolam.
November memang selalu basah.
"Aku suka hujan", katamu tiba-tiba. Matamu lurus memandang ke depan, tepat pada gerombolan air yang menari-nari di udara.
"Kenapa?" tanyaku.
"Hujan itu melegakan", jawabmu pendek.
Yah, aku setuju. Hujan itu melegakan. Seumpama tanah kering yang menguap, maka hujan juga menguapkan dan menghanyutkan setiap duka pada hati yang luka.
"Aku juga suka hujan", kataku menirukan gaya bicaramu.
"Kenapa?" kini giliranmu yang bertanya.
"Hujan membuat aku bersyukur."
Kau mengerutkan dahi. "Bersyukur karena padi kita di sawah tak kehausan lagi?"
"Bukan hanya itu. Andai saja semua nikmat yang kita rasakan bisa terlihat seperti hujan, mungkin saat ini kita telah menggigil karena takjub dan kuyup rasa syukur. Tapi sayang, nikmat tak selalu terlihat seperti hujan, hingga acap kali kita alpa untuk mensyukurinya."
MasyaAllah...
BalasHapushujan itu melegakan.iya kan?
masya Allah
BalasHapushanya dgn kekuasaannya terkdang ini tak bisa kita ulangi dilain november.. Like
subhanallah :)
BalasHapus