18 Mei 2013

Antara Manusia dan Marionette

Assalamu'alaykum temans blogger, waaah sudah sebulan, ya, saya enggak nulis. Lumayan susah juga untuk memulai kembali aktifitas ini setelah lama vakum. *ciellee udah kayak penulis kondang saja. :D
Kali ini dalam rasa kantuk yang mulai mendera, saya tiba-tiba punya ilham untuk menulis tentang marionette. Ada yang tahu marionette itu apa?
Marionette itu sebuah boneka yang dimainkan menggunakan benang, seperti ini

Saya juga baru tahu kalau boneka seperti ini disebut Marionette setelah terlibat percakapan yang cukup panjang dengan seorang teman di facebook. Teman saya seorang mualaf. Dia bercerita jika dulu dia menganut agama katolik, setelah itu memeluk agama budha, menjadi atheis kemudian mengakhiri pencariannya di islam. ckckkckck. saya berdecak kagum dengan jalan hidupnya yang luar biasa. Tak heran memang, ketika sekarang wawasannya sangat luas. Iseng, saya pun pernah membuat cerpen tentang riwayat hidupnya. hehhhe. untung dia enggak minta royalti.

Kembali ke maroinette. Suatu saat dia pernah bertanya apakah saya setuju jika manusia itu sama dengan marionette?
Saya mengerutkan alis, bagaimana bisa menjawab, wong maroinette saja saya tidak tahu.
Kemudian dia menjelaskan apa itu marionette dan seperti apa bentuknya.
Karena IQ saya lumayan, saya masih belum faham di mana letak persamaan yang dia maksud.

"Seorang kakek pernah memberi saya sebuah marionette. Dia bilang, mainkahlah boneka ini seperti Tuhan memainkan manusia dengan benang-benang takdirnya. "

Mendengar kalimatnya saya tercekat bukan main. Ada sisi dari otak saya yang menyangkal ucapan itu, tapi ada pula yang membenarkannya. Pikiran saya langsung tertuju pada qada qadar yang telah Allah ciptakan untuk manusia. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Ya itu benar. tapi bukan kah manusia juga berhak menentukan pilihan? Sedangkan marionette tidak. Dia bergerak sesuai dengan perintah tuannya.

Jika manusia sama seperti marionette. Ketika manusia berbuat salah, salahkan saja Tuhan, bukankah Tuhan yang menggerakan manusia. Ibaratnya manusia tak punya kuasa apa-apa atas dirinya. *enak banget dongs?
Jika manusia sama seperti marionette, untuk apa ada hari penghisaban? untuk apa ada surga dan neraka sebagai balasan?

Sudah terlalu ngantuk, menurut temans gimana?

5 komentar:

  1. Temannya dari Perancis, mbak?

    Catatan dan kesimpulannya bagus. Bisa untuk menjawab pertanyaan teman yang ini.
    Saya juga sering mendapat pertanyaan "aneh-aneh" dari teman Perancisku tentang esensi dari ketuhanan dan agama.
    Pertanyaan yg sering membuat saya tertegun sejenak sebelum menjawab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. bukan mba. orang indonesia juga
    cuma pas masih atheis dia seneng belajar ilmu filsapat tentang teori agama dan tuhan.
    cuma ya itu, teorinya bikin aku puyeng

    BalasHapus
  3. Gue juga pernah ngejalanin refleksi keimananan pas gue masih di tempat kelahiran gue dulu. Gue pernah sekolah di yayasan katolik, gue pernah ke gereja, ke vihara, bertemen ama banyak non muslim, tapi Alhamdulillah gue tetap muslim! ;-)

    Perumpamaan laen, wayang ada dalangnya, manusia ada penciptanya, tapi Sang Pencipta selalu punya maksud dan tujuan atas apa yang diciptakanNYA. Gak cuma dimainin, disutradarain, masuk kotak dan selesai. Tapi ada pertanggungjawaban atas apa yg kita lakuin selaku hamba Allah! Gitu kan, Bun? ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah pengen banget tahu cerita lengkapnya bang eksak, inspiring banget pastii.

      siip, setiap manusia pasti dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dikerjakannya di dunia

      Hapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming