18 April 2013

Disakiti Pemerintah


Saya adalah penonton setia Maroi Teguh Golden Ways setiap hari minggu di Metrotv. Saya ingat, entah di tayangan tanggal berapa, Pak Mario membuat polling yang masih membekas diingatan saya sampai sekarang. Pertanyaannya, kapankah kamu merasa sangat tersakiti?

Pilihan pertama, ketika orang yang kamu sayangi mengkhianati kamu
Pilihan kedua, ketika rekan bisnis mengkhianati kamu
Pilihan ketiga, ketika kamu dikhianati pemerintah

Hasilnya, pilihan pertama banyak dipilih oleh audiens. Saya pun mengamini dalam hati, kalau dikhianati orang yang kita cintai itu sakit banget. Meskipun Alhamdulillah saya belum (tidak akan)mengalaminya. Saya berkaca dari orang-orang di sekeliling saya, bagaimana hancurnya hati mereka dan merananya hidup mereka ketika orang yang dicintai ternyata berkhianat.

Seperti biasa, Pak Mario meminta perwakilan dari audiens untuk mengemukakan alasannya. Dan pada saat Pak Mario menanyakan alasan pada pemilih pilihan nomor tiga, betapa tertohoknya hati saya. Beliau bilang, kurang lebih seperti ini. Super Sekali *dengan gaya khasnya. “Sekarang kita menemukan alasan kenapa bangsa ini tak kunjung bangkit. Karena begitu banyak di antara kita yang lebih mementingkan rasa egoisnya dibandingkan dengan mempedulikan keadaan di sekitar kita. Sibuk mementingkan perasaan sendiri, tanpa mau menengok kanan-kirinya.”

Astagfirullah, iya juga ya, batin saya. Bukankah ketika pemerintah menyakiti kita, rakyatnya, bukan kita saja, yang terdzolimi? Tapi keluarga kita, saudara kita, sahabat kita, tetangga kita, dan seluruh rakyat Indonesia.

Masih lekat diingatan, bagaimana ketika pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, menaikan harga TDL, anggota DPR jalan-jalan keluar negeri sementara rakyatnya kelaparan, harga bawang mahal. Bukankah kejadian-kejadian ini begitu menyakitkan kita sebagai bangsa Indonesia?

Jadi, sebagai anak bangsa, sudah sepatutnya kita peduli terhadap kejadian-kejadian apa saja yang tengah terjadi di negara kita. Dan berusaha semaksimal mungkin, untuk turut andil dalam memajukan bangsa. Setidaknya menyuarakan bagaimana jeritan orang-orang di sekitar kita atau memberikan masukan pada pemerintah bagaimana seharusnya dia bertindak.

Sudah terlihat buktinya bagaimana rasa egois dan acuh telah menciptakan jurang pemisah antara gue dan lu. *eh, maksudnya antara individu dan individu lain. Antara si kaya dan si miskin, antara yang sehat dan sakit, antara yang senang dan susah. Semuanya serba egois dan individualis. Jika sifat egois ini terus tumbuh, maka sangat sulit untuk menciptakan suasana yang kondusif demi memperbaiki kehidupan bangsa kita.

inspirasicoffe.com

Indonesia Mari  Peduli ^^

3 komentar:

  1. Postingan yang sangat super sekali, Bu! Kita memang masih egois dan individualis! Jgnkan buat negeri ini, buat org skitar aja kita masih menarik diri... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi kebawa-bawa Pak Mario yaa..
      setuju termasuk saya mungkin :(

      Hapus
    2. super sekali, hihi :) Masya Allah!

      Hapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming