17 Juli 2014

Muhasabah Ramadhan : Prioritas Amal

Beberapa hari lalu, saya dan suami mengalami kejadian yang lucu. Gimana nggak lucu coba, bada ashar saya suk sekan masak untuk menu buka puasa. Menunya pare balado, tumis bawang kocomon (bawang merah tapi ada daunnya, kalau bahasa Indonesianya apa ya? :p) sama goreng tempe balut tepung. Awalnya, hari ini nggak ada niatan buat masak. Pengennya libur masak dulu. Untuk buka puasa, wesss beli saja lauk yang sudah jadi. Hahahha lumayan ngirit gas. Biasanya menjelang lebaran, elpiji suka langka dan muahal banget harganya. *alasan. plaaaaak. Tapi karena suami beli sayuran itu dengan mandirinya, terpaksa deh, saya masak. Lagi mau makan pare sama bawang kocomon, godanya sambil senyum-senyum.

Dimana dong lucunya? hihihi, sabar pemirsah. Lucunya itu adalah pas kami selesai shalat magrib berjama'ah. Biasanya, selesai shalat kami langsung makan, tapi begitu lihat pemanas nasi, kok nggak nyala ya? oalaaaah setelah dilihat, ternyata saya lupa masak nasi. Lucu kan ya? Lucu aja deh. Nasi tinggal sisa sedikit. Sisa makan sahur dan makannya si kecil. Aduh, ngegadoin pare dongs. Mana pahit. Akhirnya, kami putuskan untuk membagi dua nasi yang sedikit itu..

Sedih jadinya. Sebagai orang sunda, makan tanpa nasi itu berasa jalan tanpa alas. eh. Wes pokoe, nggak enak lah, sekalipun lauknya bikin ngiler.

Dari peristiwa ini saya belajar akan sebuah hal yang memang sering kita lakukan setiap hari apalagi di bulan Ramadhan ini. Dan hal itu, adalah prioritas amal yang keliru. Kenapa keliru? Bagi orang sunda, nasi itu makanan wajib, sementara lauk itu ibaratnya makanan yang sunah. Namun saya salah mengambil prioritas dengan mendahulukan memasak lauknya. Hasilnya saya lupa masak nasi, dan makan pun tidak berselera.

credit

Jika kita kaitan dalam masalah ibadah, kita pun sering melakukan prioritas yang salah tadi. Contoh yang marak di bulan Ramadhan ini adalah biasanya, orang-orang rajin ibadah sunah, tapi yang wajib ditinggalkan. Dulu saya sempet kaget ketika nginep di rumah saudara di Tangerang. Saudara saya cerita, betapa rajinnya anaknya ikut shalat taraweh. Nggak pernah ketinggalan katanya. Apalagi shalat tarawehnya yang 23 rakaat. Wah banget kan. Namun yang membuat saya miris adalah, ketika waktunya shalat subuh, dan si anak masih tertidur pulas, saudara saya nggak membangunkannya. Waduh!

Atau dilain kasus, kita pol-polan puasa sampai lemes dan lunglai. Tapi karena alasan lemes itu pula kita jadi nggak sholat dzuhur karena kita tidur. Wess tidur kan ibadah juga kalau ramadhan mah. Hihiiihi ngawur.

Dalam prioritas amal, yang harus kita dahulukan tentu yang tingkatan amalnya lebih tinggi. Dari mulai wajib, sunah, mubah, makruh, kemudian haram. Kalau ada pilihan yang wajib dan sunah, otomatis yang kita pilih adalah yang wajib. Yaa kalau keduanya bisa, malah lebih bagus. Kalau yang wajib dan wajib, ya harus dilaksanakan keduanya dong.

Mulai sekarang, ayo, di cek lagi prioritas amal kita. Mumpung Ramadhan, jangan sampai ada kewajiban yang terlewat dan amalan sunah yang dilalui begitu saja.

Finally, Tulisan ini sebagai bentuk muhasabah untuk diri saya sendiri. Dan mudah-mudahan bisa jadi pengingat juga buat temans semuanyah.

Selamat Puasa :)

2 komentar:

  1. aaamiin...
    mash puasa kan Teh? meski lagi hamil...ttp ya kuat..
    elpiji mahal, langka udah gitu isinya diganti pake air. saya pernah kemrin sebelum ramadhan kesel. baru beli langsung ganti cuma sehari. Ikhlasin aja deh....

    prioritas amal bener teh. semangat

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming