7 Maret 2015

Demam Manusia Jadi-Jadian

 Setelah sinetron Ganteng-ganteng Serigala meledak, stasiun televisi lain latah membuat sinetron serupa. Ada manusia harimau, 7 manusia harimau, manusia lutung, penyihir, untung nggak sampai ada manusia kudanil. Anehnya, meskipun cerita dalam sinetron-sinetron tersebut ngawur, banyak masyrakat yang suka, terutama remaja. Terbukti dengan rating sinetron-sinetron tersebut yang selalu tinggi.

Sinetron yang pada hakikat awalnya adalah tontonan bisa menjadi tuntunan secara tidak langsung. Apa jadinya kalau para remaja menonton sinetron ini setiap hari? Hal-hal yang ditayangkan atau dicontohkan dalam sinetron tersebut bukan tidak mungkin akan mereka ikuti dalam kehidupan mereka. Sayangnya, sinetron-sinetron tersebut mengandung muatan negatif bagi remaja. Sebut saja, gaya hidup hedonis, adegan-adegan pacaran yang suuur, sampai cerita yang bisa merusak aqidah.

Setelah faham sekulerisme tumbuh subur di masyarakat, kebiasaan-kebiasaan yang keluar dari norma agama semakin banyak dan semakin legal. Anehnya, orang islam pun latah mempraktekan dan menganggap kebiasaan buruk itu sebuah hal yang biasa. Seperti pacaran. Islam telah dengan tegas melarang aktivitas ini seperti tersirat dalam Al qur'an surat Al isra ayat 32. namun, karena setiap hari masyarakat dicekoki dengan tontonan yang justru melegalkan pacaran, maka pacaran pun dipandang boleh. Malah, remaja yang antipati terhadap pacaran dicap katro atau yang paling ngenes dicap nggak laku-laku. Hari gini nggak punya pacar??

Selain semakin suburnya gaya hidup yang bertentangan dengan islam, sinetron-sinetron seperti ini pun bisa merusak aqidah anak. Emang iya di dunia ini ada manusia harimau atau vampire? Dalam Al qur'an Allah hanya menyebut manusia, malaikat, iblis, setan, dan jin. Jika pun memang ada manusia jadi-jadian, pasti manusia tersebut bersekutu dengan jin. Aqidah anak pun akan semakin rusak kalau menganggap percintaan antara non-manusia dengan manusia adalah hal yang luar biasa romantis. Mana boleh coba manusia menikah dengan bukan manusia? Dengan sesama jenis pun nggak bisa! Syirik itu namanya!

Tidak hanya itu, penggambaran tokoh manusia jadi-jadian yang baik, bukan tidak mungkin membuat anak-anak ingin menjadi manusia jadi-jadian dan menganggap manusia jadi-jadian itu benar-benar ada. Seperti curhatan seorang guru PAUD, yang mengisahkan betapa prihatinnya dia melihat anak-anak didiknya mengaum setiap hari.

Haduh! Sebagai seorang ibu kita memang harus jeli  memilih dan memilah tayangan untuk anak. Jangan sampai tayangan yang ditonton anak kita, malah memberikan dampak negatif padanya. Apalagi ketika sekulerisme tumbuh subur seperti sekarang. Batasan seseorang berbuat (termasuk pemilik stasiun tv dan rumah produksi) bukan halal-haram melainkan asas manfaat. Kalau ada manfaatnya meskipun merusak generasi, ya lanjutkan saja. Terbukti sekarang, sinetron serupa semakin menjamur karena memiliki rating yang tinggi dan keuntungan yang tak sedikit. Akhirnya, walaupun sinetron-sinetron tidak mendidik tetap dibiarkan tayang karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan.

3 komentar:

  1. jadi kalo gak niru luar negeri, Indonesia niru siapa ya kok banyak manusia jadi binatang gitu? Mungkin ngikut suaminya dayang sumbi atau bapaknya sangkuriana? Huhuhu, gak mendidik! :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau di luar negeri bukan manusia jadi binatang. tapi manusia yang setengah binatang.
      hehhehe *ngeles

      Hapus
  2. 7 manusia harimau adalah siluman...jadi ceritanya siluman lawan siluman...wkwkw penontonnya manusia...klo mau niru sono diragunan aja hahahaha

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming