30 Agustus 2015

Menelisik Berkah dalam Musibah


Sebagai seorang muslim, kita tentu sudah tak asing lagi dengan kata berkah. Kata “berkah” begitu familiar di telinga kita karena hampir setiap hari kita mendengarnya. Berkah atau barokah adalah salah satu kata yang terkandung dalam salam umat islam - Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh-, dan doa untuk pengantin - baarokalloohu lakuma.... - Kata berkah juga kerap disandingkan dengan kata rizki dan umur. Rizki yang berkah dan umur yang berkah.

Berkaitan dengan kata berkah, ada beberapa pengertian berdasarkan makna istilah dan makna bahasa. Menurut bahasa, berkah --berasal dari bahasa Arab: barokah (البركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk.
Sedangkan Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79).

Jadi bisa kita simpulkan, bahwa berkah itu bisa diartikan sebagai sebuah nikmat dan bertambahnya kebaikan dari apa yang kita dapatkan. Baik rizki atau pun umur.

Oke, saya tidak bisa menjabarkan berkah yang saya dapatkan secara detail dan rinci. Karena sampai saat ini begitu banyak berkah yang telah Allah berikan. Jika mau dihitung-hitung tentu tidak dapat dihitung. Karena berkah tak melulu soal harta. Tapi ia termasuk umur,keluarga, sahabat, ilmu, kesehatan, kemudahan, dan bahkan kekurangan. Berkah adalah tanda kasih sayang Allah pada semua makhluk-Nya. Setiap yang Dia karuniakan pada hambaNya pasti mengandung sebuah maksud yang baik termasuk dalam kesedihan dan kekurangan sekali pun.


Satu tahun yang lalu suami memutuskan untuk resign dari kantor. Awalnya saya kurang setuju, namun karena suami bersikukuh ingin mulai berwirausaha, saya tak punya pilihan lain selain menyetujui keinginannya meski dengan hati yang gamang. Terbiasa berada di zona nyaman dengan menerima gaji setiap bulan, membuat saya khawatir akan kondisi keuangan keluarga ketika suami memulai bisnisnya nanti. Saya tahu dalam berbisnis ada untung dan rugi. Bagaimana pula kalau bisnisnya tak berjalan?

Suami saya memiliki keahlian di bidang IT. Karena itulah bisnis yang dia tekuni sekarang adalah bisnis online. Dengan brand Doyan Creative, suami memulai bisnisnya dengan membuat aplikasi dan game untuk android. Besar harapan suami, penghasilannya dengan berwirausaha akan lebih besar dibandingkan ketika dia menjadi karyawan.

Tanpa kami sangka, satu tahun berlalu bisnis suami tak berkembang. Aplikasi dan game yang dibuatnya tak kunjung menghasilkan dolar. Mungkin karena aplikasi dan gamenya kurang menarik atau karena marketingnya yang kurang handal.

Satu tahun tak kunjung mendapat penghasilan, akhirnya tabungan kami terkuras habis. Perhiasan dan mas kawin pun terpaksa saya jual demi menutupi kebutuhan keluarga. Dalam keadaan seperti ini, kesetiaan saya pada suami mulai diuji. Adakalanya saya lupa untuk bersabar dan uring-uringan tak jelas. Melihat bisnis suami yang tak kunjung berkembang, saya mulai khawatir akan nasib keluarga kami. Bagaimana kalau kami kelaparan? Bagaimana kalau anak-anak tak tercukupi kebutuhannya? Namun berbagai kejadian menyentak jiwa saya dan membuat saya sadar bahwa kekurangan adalah salah satu tanda kasih sayang Allah dan salah satu cara Allah mendidik kami berdua.

Beberapa kali kami kehabisan uang, namun beberapa kali itu pula Allah menolong kami dengan cara-Nya yang tak pernah kami duga. Tiba-tiba ada tetangga yang memberi kami sepiring daging ayam, tiba-tiba menemukan uang di lemari, tiba-tiba mertua datang ke rumah bawa beras, tiba-tiba ada yang membayar hutang, tiba-tiba dapat tawaran iklan di blog, dan tiba-tiba yang lain. Ah, tapi saya yakin tidak ada yang tiba-tiba di dunia ini. Semuanya sudah tercatat di kitab kehidupan. Allah hanya ingin melihat bagaimana kita menghadapi pemberiannya ini. Apakah sabar atau gusar.

Sungguh, justru dalam keadaan kekurangan ini, saya bisa merasakan berkah yang luar biasa. Dalam keadaan ini kami jadi lebih sering bermunajat dan mengiba pada-Nya. Merasakan betapa nikmat menangis di hadapan-Nya. Dalam kekurangan, justru kami bisa menjadikan berapa pun rizki yang kami dapatkan (insyaAllah) berkah karena kami gunakan sebaik-baiknya. Tak ada yang terhamburkan sia-sia. Dalam keadaan ini pula, kami bisa merasakan bahwa Allah itu dekat dan akan selalu memberikan pertolongannya pada kami. Asal kita sudah berikhtiar, just wait and see apa yang akan Allah lakukan untuk kita.


Yah, menurut saya, berkah itu tak berarti berlebih. Berkah itu adalah nikmat. Dan nikmat terbesar adalah ketika kita masih bisa merasakan ada Allah di hati kita dalam keadaan apa pun. Karena pada dasarnya, kelebihan ataupun kekurangan adalah cara Allah untuk menguji kita, siapa diantara kita yang paling baik amalnya.

Tidak ada yang ingin selamanya berada dalam kekurangan. Begitu pun saya dan suami. Mudah-mudahan Allah meridhoi dan memudahkan usaha kami. Hanya saja, tak ada salahnya kita menelisik kebaikan yang Allah titipkan pada keadaan yang -menurut kita- tidak baik.

“Sungguh, Allah menguji hamba dengan pemberian-Nya. Barangsiapa rela dengan pembagian Allah terhadapnya, maka Allah akan memberikan keberkahan baginya dan akan memperluasnya. Dan barangsiapa tidak rela, maka tidak akan mendapatkan keberkahan.” (HR. Ahmad)

 

6 komentar:

  1. Kayak kata surat At thalaq yaa.. rejeki akan datang dari arah yang tidak diduga-duga..
    Kalo gak salah sih gitu ayatnya.. hihihihi *yakin gak yakin tapi sok pede* xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya malah nggak tahu persis ayatnya. :p
      bikin postingan tentang rejeki, tapi nggak tahu ayat tentang masalah ini. *gedebuk

      Hapus
  2. Aku pernah merasakan seikit nih ,waktu suami kerja di rumah juga, tapi sekarang sudah kembali kerja dikantor lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hidup memang seperti roda. kadang di atas kadang di bawah

      Hapus
  3. Setuju sekali mba...berkah dan nikmat seringkali bukan dalam bentuk yang kita pikrikan, tapi banyaaak yang justru menjadi nikmat namun kita tidak menyadari. Semangaaaat yaaah :)..and thanks for joining my #BlessfulAugust :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaa mbak, kadang kita sebagai manusia yang buru-buru menghakimi pemberian Sang Khalik, tanpa mau melihat maksud dan kebaikan di dalamnya

      Hapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming