30 September 2015

Honor untuk Tenaga Honorer

“Kenapa nggak jadi guru saja?”
“Nggak ah. Guru gajinya kecil.”


Di atas adalah sepenggal percakapan saya dengan seorang teman yang baru di wisuda. Banyak teman saya yang setelah lulus SMA menimba ilmu di jurusan pendidikan namun tak sedikit juga yang akhirnya membelot dari jalurnya. Ehm, maksudnya tidak jadi tenaga pendidik. Salah satunya teman saya itu. Dia lebih memilih kerja di kantoran dibandingkan menjadi guru. Gajinya kecil! Begitu alasannya.

Kata siapa gaji guru kecil? Gaji guru besar kok! Tapi yang sudah berstatus PNS dan dapat sertifikasi. Kalau masih berstatus honorer, gajinya jauh dari kata cukup. Seorang guru honorer harus puas dengan gaji disekitaran ratusan ribu bahkan puluhan ribu. Lebih parah lagi, ada teman saya yang ditawari untuk tidak digaji selama 3 bulan ketika melamar ke salah satu sekolah swasta. *Ngenes. “Ilmu itu nggak gratis!” sungutnya.

Dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 15 September, 6000 guru honorer memadati gedung DPR-RI. Pada intinya mereka menuntut kenaikan status dari honorer menjadi PNS.


Di Indonesia sendiri tenaga honorer digolongkan menjadi 3 kategori, K1, K2, K3. Honorer kategori 1 (K1) merupakan tenaga honorer yang pembiayaan honornya dibiayai langsung oleh APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) atau APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Adapun Tenaga Honorer K2 adalah tenaga honorer yang diangkat per 1 Januari 2005 dan tidak mendapat upah dari APBD/APBN. Untuk tenaga honorer kategori 2 apabila ingin diangkat menjadi CPNS harus mengikuti tes seleksi terlebih dahulu. Selain itu, tenaga honorer yang diangkat selepas kurun 2005-2008 termasuk ke dalam tenaga honorer kategori 3 (non-kategori). Peluang tenaga honorer kategori 3 menjadi CPNS tampaknya jauh lebih sulit dibandingkan dua kategori sebelumnya. Jadi intinya, dulu tenaga honorer dijamin oleh pemerintah, sekarang pemerintah angkat tangan. Pantas saja, jika gajinya jauh dari kata layak.

Apakah tenaga honorer memang diperlukan?

guru honorer tanpa tanda jasa credit


Tenaga honorer tak hanya guru, di instansi-instansi pemerintahan juga banyak.  Satu hal yang sama-sama mereka inginkan, yaitu diangkat menjadi PNS. Kalau masalah perlu atau tidak perlu, selama tenaga honorer masih ada, ya berarti tenaga mereka masih dibutuhkan. Apalagi guru. Saya yakin, di pelosok-pelosok sana masih banyak sekolah yang kekurangan guru. Tapi kalau tenaga honorer di instansi-instansi pemerintahan saya kurang yakin. Sering saya dengar kabar, bahwa banyak PNS yang tak jelas kerjanya. Datang ke kantor hanya setor muka dan absen saja. Padahal terima gaji utuh setiap bulan.

Kenapa harus jadi PNS sih?
Kenapa sih orang Indonesia banyak yang terobsesi menjadiz PNS? Mungkin jawabannya karena kehidupan mereka akan terjamin setelah jadi PNS. Kerja tak berat, gaji utuh setiap bulan, dapat dana pensiun pula.  Tak ada lika-liku ekonomi seperti profesi lain. Mending bermain aman kan? Hal ini terbukti, setiap musim tes CPNS pasti pesertanya membludak. Senggol sana senggol sini untuk lulus menjadi hal yang wajar. Meskipun persyaratan untuk bisa lulus test diperketat, tapi praktek kecurangan tetap saja ada. Al hasil banyak tenaga honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi tidak lulus tes, sedangkan tenaga honorer yang baru beberapa bulan bekerja bisa lulus.

Saat ini, para tenaga honorer juga perlu waspada. Karena ada wacana kalau penerimaan CPNS akan diperkecil. Alasannya karena terlalu banyak PNS yang membebani APBD. Di sumedang contohnya, 60% lebih APBDnya dialokasikan untuk menggaji PNS. Wah, untuk rakyatnya mana nih? Bagi daerah yang pendapat daerahnya kecil, tentu banyaknya PNS akan sangat membebani. Syukur-syukur kalau kinerja mereka bagus, kalau tidak? Rakyat kan yang rugi?

Lantas apa solusinya?
Untuk mengatasi penumpukan tenaga honorer ini, pemerintah ke depannya harus lebih selektif dalam menerima pegawai. Perhatikan keefektipan mereka. Dan yang paling penting, pemerintah harus segera menyelesaikan PR terbesarnya yaitu mensterilkan penerimaan PNS  dari praktek kecurangan. Ke depannya semoga pemerintah bisa menjamin kesejahteraan setiap warganya.

2 komentar:


  1. KISAH NYATA PNS:
    3 Kali Gagal di Seleksi CPNS Membuatku Semakin Termotivasi dan Akhirnya Berhasil
    Sampai sekarang PNS adalah profesi yang sangat diidam-idamkan oleh kebanyakan orang di Indonesia. Terbukti, setiap kali pemerintah membuka pendaftaran CPNS, peserta yang mendaftar selalu membludag.
    Menjadi PNS memang nikmat sekali rasanya. Wajar jika ribuan orang rela berdesak-desakan demi mendapatkan kursi PNS.
    Saya Akan Berbagi Cerita Nyata Dengan Kalian Semua.
    Mohon maaf mengganggu waktu dan rutinitas ibu/bapak,saya cuma bisa menyampaikan melalui KOMENTAR ini dan semoga bermanfaat, saya seorang honorer baru saja lulus jadi PNS tahun 2015 yang lalu, dan Saya ingin berbagi cerita kepada anda, Bahwa dulunya saya ini cuma seorang Honorer di SDN MEDAN Prov SUMUT , Sudah 10 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, namun hasilnya nol bahkan saya sempat putus asah, namun teman saya memberikan no tlp Bpk Drs Aidu Tauhid, M.Si beliau selaku (Direktur Pengadaan Dan Kepangkatan PNS)di BKN PUSAT. saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau yang sudah mau membantu saya, itu adalah kisa nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya anda bisa,Hubungi Bpk Drs Aidu Tauhid, M.Si no HP Beliau: 0812-4263-6658 siapa tahu beliau masih bisa membantu anda untuk mewujudkan impian anda menjadi PNS.
    Sedikit Tambahan Bahwa tanggal 06 April kemarin saya melakukan komunikasi pembiciraan kepada beliau untuk bisa meluluskan adik saya sebagai CPNS ke PNS.
    Memang Pemerintah Sudah mengeluarkan kebijakan mengejutkan, yakni melakukan moratorium penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Selama 5 Tahun & Masalah Ini Sudah Saya Sampaikan Kepada Bpk Drs Aidu Tauhid, M.Si Beliau Hanya menyampaikan kepada saya selama kita masih berusaha maka di situ pasti ada jalan.,wassalam

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming