31 Desember 2015

Resolusi Gagal 2015 : Menjadi Seorang Blogger


Saking betahnya di dunia, waktu 1 tahun terasa begitu cepat. Perasaan baru kemarin tanggal 1 Januari, eh sekarang sudah akhir tahun saja. Banyak cerita dan pengalaman hidup yang terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ini. Hal yang lumrah dan biasa dilakukan setiap akhir tahun adalah menyusun sederet resolusi untuk tahun yang baru. Sudah nggak zamannya lagi kan menjalani hidup bagai air yang mengalir? Mengutip perkataan Ustaz Jamil Azzaini dalam bukunya, Tuhan, Inilah Proposal Hidup Saya, jika acara yang dilaksanakan satu hari saja butuh proposal yang bagus, apalagi hidup kita! Sudah selayaknya kita menyiapkan rencana dan target-targetan yang rapi. Meski ketentuan sepenuhnya ada di tangan Yang Mahakuasa, tapi sebagai manusia kita memiliki kewajiban untuk berikhtiar semaksimal mungkin demi menggapai apa yang kita cita-citakan.

Sayangnya, resolusi yang kita buat setiap tahun tidak terlaksana semua. Ada yang memang kita sudah menhusahakannya namun gagal, ada pula yang gagal karena kurang maksimalnya usaha kita. Nah, disinilah pentingnya sebuah introspeksi diri. Agar kita bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang sudah kita lakukan.

Salah satu resolusi yang gagal di tahun ini adalah menjadi seorang blogger. Beberapa waktu lalu saya sempat blogwalking ke salah satu blog dan menemukan perkataan seseorang (entah penulis, entah redaktur majalah) yang saya lupa namanya (ampun pikun). Inti dari pernyataannya adalah baru satu dua kali posting, sudah mau disebut blogger. Baru satu dua kali jalan-jalan, sudah mau disebut traveler. Membacanya, saya tersindir luar biasa. Saya sering menyebut bahwa saya adalah seorang blogger. Padahal posting di blog pun jarang-jarang. Kalau menulis harus nunggu mood dulu. Lihat saja jarak postingan ini dengan postingan sebelumnya! Dua bulan!

credit

Awalnya memang tak ada keinginan untuk menjadi seorang blogger. Dulu, membuat blog pun hanya sebagai tempat curhat saja. Sarana refresing setelah seharian berkutat dengan pekerjan IRT. Namun setelah dijalani, ternyata bge-blog membawa banyak manfaat bagi saya. Menambah teman, sarana berdakwah, dan salah satu pintu rizki juga. Akhirnya saya mulai serius untuk ngeblog. Tapi ya itu, kurang bisa maksimal dalam menjalankannya.

Jika saya rinci, penyebab kegagalan saya kali ini adalah,
1. Kurangnya Kaidah kausalitas. Kaidah kausalitas adalah kaidah sebab akibat. Intinya saya kurang menempuh sebab agar bisa disebut blogger sejati. Contohnya, bagaimana agar saya bisa menulis rutin, minimal 2 hari sekali? Pilihan yang bisa saya ambil adalah menyiapkan draft tulisan, kemudian menulis malam hari ketika si kecil sudah tidur atau mencuri-curi waktu ketika si kecil anteng main sendiri. Namun, hal ini tidak saya tempuh. Seringnya kalau malam hari saya sudah tepar duluan. Si kecil tidur, saya pun ikut pulas. Draft tulisan yang sudah dibuat hanya tinggal rencana saja.

draft tulisan yang terbengkalai

Padahal Rasulullah SAW, suri tauladan terbaik kita, mencontohkan agar kita senantiasa berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan. Meskipun doa-doa beliau dijamin oleh Allah akan dikabulkan. Tapi beliau tidak lantas menjalani hidupnya hanya dengan berdoa. Seperti halnya dalam menjalani peperangan dengan kaum kufar. Beliau senantisa menyiapkan strategi perang yang baik agar bisa mengalahkan musuh. Padahal bisa saja beliau meminta Allah untuk memenangkan kaum muslim tanpa harus menyiapkan ini itu.

2. Kurang bisa membagi waktu. Saya adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu balita dan satu batita. Selain itu, tidak memiliki ART di rumah. Otomatis semua urusan rumah dan si kecil saya yang handle. Nah, di antara kelemahan saya adalah kurang bisa membagi waktu antara tugas domestik di rumah dan mengurus si kecil. Hingga akhirnya saya tidak bisa memiliki waktu untuk menulis. Padahal ibu kesebelasan Gen Halilintar bisa menulis buku di tengah keribetannya mengurus 11 anak. Jadi ya itu memang salah saya.

3. Kurang serius dan fokus. Maksud hati ingin menjadi seorang blogger tapi usaha yang dilakukan jauh panggang dari api. Kurang serius dan kurang mengazzamkan dalam hati. Jadi kalau pun goal-goalnya tidak terlaksana, tidak diambil pusing. Selain kurang serius, kurang fokus juga. Sudah bagus bisa bangun di sepertiga malam kemudian buka lapotop, tapi yang dibuka malah sosmed kemudian anteng mantengin fanpage penjual hijab. Oalaaa.

Menyadari kesalahan-kesalahan ini, saya kemudian berazzam untuk menjadi pribadi yang tidak hanya senang bermimpi, tapi juga merealisasikan mimpi itu dengan usaha yang maksimal. Ini tidak hanya berlaku utnuk keinginan menjadi blogger. Tapi menyangkut semua kewajiban yang harus saya laksanakan dan mimpi-mimpi yang terlanjur bersemayam dalam benak. Ingat firman Allah dalam surat Ar Rad ayat 11,

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubah dirinya sendiri.”

Semoga di tahun 2016 saya bisa lebih serius ngeblog dan bisa menyandang gelar sebagai blogger. Smile.



Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Tinta Perak
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming