Hemmm, sepertinya judul postingan saya
kali ini mengundang banyak pertanyaan.
Tapi jangan marah dulu sebelum tuntas
membaca postingan ini yaa.
Ilmu yang akan saya bagikan kali ini
adalah ilmu yang saya dapatkan ketika saya mengikuti Majelis Taqarub
Ilallah, di Sumedang. Masih ngebahas puasa sih, soalnya saya dapat
ilmu ini ketika bulan Ramadhan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Dalam surat Al Baqarah dijelaskan bahwa
tujuan Allah memerintahkan kita untuk berpuasa adalah agar kita
meraih gelar taqwa. Ayat ini memerintahkan orang beriman untuk
berpuasa, jadi kita bisa tarik kesimpulan. Bahwa tak selamanya
orang beriman itu bertaqwa.
Nah, yang saya mau
coba bagikan di sini adalah tentang artian taqwa bagi kebanyakan
orang. Taqwa kerap diartikan takut kepada Allah. Sehingga,
karena rasa takut itu kita menjalankan setiap perintahNya dan
menjauhi setiap laranganNya.
Sampai di sini,
terlepas dari arti kata atau harfiah jelasnya, saya kurang setuju
ketika taqwa diartikan takut kepada Allah. Kenapa? Karena menurut
saya rasa takut itu memiliki konotasi yang negatif. Setiap hal yang
ditakuti pasti memiliki sisi negatif hingga ditakuti. Entah itu
tampilannya (seperti sesuatu yang ghaib) atau bisa mendatangkan
kesedihan (seperti bencana).
Bagaimana kalau
kita ganti rasa takut itu dengan cinta?
Rasa cinta adalah
sebuah rasa yang bisa menggerakkan sesuatu, seseorang, atau banyak
orang. Karena cintaNya kepada manusia, Allah senantiasa memberikan
rahman dan rahim kepada manusia. Karena cintanya kepada kelurga,
seorang ayah rela bermandikan peluh setiap hari, lalu karena cintanya
kepada umat islam, Rasulullah tak pernah menghentikan dakwahnya meski
kerap menerima cobaan.
Ketika rasa cinta
kepada Sang Khalik sudah tertanam kuat dalam hati kita, maka setiap
halangan dan godaan tak akan menjadi berarti untuk setia melakukan
setiap titahNya. Dalam tatanan ibadah pun, rasa cinta atau mahabbah
memiliki derajat yang tinggi.
Dalam buku "Mahabbatullah"
(mencintai Allah), Imam
Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju cinta Allah.
Tahapan-tahapan itu adalah
1. Membaca al-Qur'an dengan merenung dan memahami kandungan
maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Ibnu Sholah
mengatakan "Membaca Al-Qur'an merupakan kemuliaan, dengan
kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya.
Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah
mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia".
2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah
setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan
ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai
Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan
ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah.
Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya
adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan
amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku,
melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan
seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya.
Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah
dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :"Aku bersama
hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk
berdzikir) kepadaKu".
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri.
Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri,
meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih
mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun
beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas
itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul
Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad
s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi
cintanya kepada Allah.
5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma'rifat (mengenal)
Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan
batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada
pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu,
tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu
melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi
sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka
menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai
kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati
kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan
mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.
7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah
yang disebut dengan khusyu'. Hati yang khusyu' tidak hanya dalam
melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan
mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu?
Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t.
turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan
sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka
iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikai kalbu dan
Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.
Jadi, yu jangan
takut pada Allah. Tapi cintai Allah.
Sumber ilmu,
KH. Ali Bayanullah
pesantrenvirtual.com
yup, cinta sama Allooh..
BalasHapusAlloohu Akbar...
kadang malu sama diri sendiri...
makash kak artikelnya eh teteh,.
pa kabar teh?
mudah-mudahan kita termasuk hamba yang dicintai ya ka ^^.
Hapusalhamdulillah sehat, ka?
lama tak bersua. mohon maaf lahir batin yaa
Khauf, raja' dan mahabbah...takut jg mustii...
BalasHapussaya hanya gak suka sama kata takutnya, kak.
Hapuskesannya Allah itu nyeremin. padahal kan nggak.
eh, kalau khauf itu apa ya, ka?
sungguh tuham snag maha pengasih dan lagi maha penyayang.
BalasHapuskunjungan perdana...izin nyimak dulu...sukses selalu untuk anda...d tunggu kunjungan baliknya :) d blog jagad kawula kami :)
BalasHapusHmm.. Setuju! Meskipin saya pribadi bukan muslim, tapi ilmunya bermanfaat juga utk saya :) Kalo sempat, silakan main ke blog saya jg ya mba!
BalasHapusIya, seharusnya kita melakukan segala ketaatan pada Allah bukan dilandasi rasa takut, namun rasa cinta :) Ulasannya bermanfaat mbak..
BalasHapus