2 September 2013

Jangan Takut pada Allah

Hemmm, sepertinya judul postingan saya kali ini mengundang banyak pertanyaan.
Tapi jangan marah dulu sebelum tuntas membaca postingan ini yaa.

Ilmu yang akan saya bagikan kali ini adalah ilmu yang saya dapatkan ketika saya mengikuti Majelis Taqarub Ilallah, di Sumedang. Masih ngebahas puasa sih, soalnya saya dapat ilmu ini ketika bulan Ramadhan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Dalam surat Al Baqarah dijelaskan bahwa tujuan Allah memerintahkan kita untuk berpuasa adalah agar kita meraih gelar taqwa. Ayat ini memerintahkan orang beriman untuk berpuasa, jadi kita bisa tarik kesimpulan. Bahwa tak selamanya orang beriman itu bertaqwa.

Nah, yang saya mau coba bagikan di sini adalah tentang artian taqwa bagi kebanyakan orang. Taqwa kerap diartikan takut kepada Allah. Sehingga, karena rasa takut itu kita menjalankan setiap perintahNya dan menjauhi setiap laranganNya.
Sampai di sini, terlepas dari arti kata atau harfiah jelasnya, saya kurang setuju ketika taqwa diartikan takut kepada Allah. Kenapa? Karena menurut saya rasa takut itu memiliki konotasi yang negatif. Setiap hal yang ditakuti pasti memiliki sisi negatif hingga ditakuti. Entah itu tampilannya (seperti sesuatu yang ghaib) atau bisa mendatangkan kesedihan (seperti bencana).

Bagaimana kalau kita ganti rasa takut itu dengan cinta?
Rasa cinta adalah sebuah rasa yang bisa menggerakkan sesuatu, seseorang, atau banyak orang. Karena cintaNya kepada manusia, Allah senantiasa memberikan rahman dan rahim kepada manusia. Karena cintanya kepada kelurga, seorang ayah rela bermandikan peluh setiap hari, lalu karena cintanya kepada umat islam, Rasulullah tak pernah menghentikan dakwahnya meski kerap menerima cobaan.

Ketika rasa cinta kepada Sang Khalik sudah tertanam kuat dalam hati kita, maka setiap halangan dan godaan tak akan menjadi berarti untuk setia melakukan setiap titahNya. Dalam tatanan ibadah pun, rasa cinta atau mahabbah memiliki derajat yang tinggi.

Dalam buku "Mahabbatullah" (mencintai Allah), Imam Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju cinta Allah. Tahapan-tahapan itu adalah
1. Membaca al-Qur'an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Ibnu Sholah mengatakan "Membaca Al-Qur'an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia". 

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah. 

3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :"Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu". 

4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah. 

5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma'rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya

6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya. 

7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu'. Hati yang khusyu' tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki. 

8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah. 

9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikai kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.

Jadi, yu jangan takut pada Allah. Tapi cintai Allah.




Sumber ilmu,
KH. Ali Bayanullah
pesantrenvirtual.com


8 komentar:

  1. yup, cinta sama Allooh..
    Alloohu Akbar...
    kadang malu sama diri sendiri...
    makash kak artikelnya eh teteh,.
    pa kabar teh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mudah-mudahan kita termasuk hamba yang dicintai ya ka ^^.
      alhamdulillah sehat, ka?
      lama tak bersua. mohon maaf lahir batin yaa

      Hapus
  2. Khauf, raja' dan mahabbah...takut jg mustii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya hanya gak suka sama kata takutnya, kak.
      kesannya Allah itu nyeremin. padahal kan nggak.
      eh, kalau khauf itu apa ya, ka?

      Hapus
  3. sungguh tuham snag maha pengasih dan lagi maha penyayang.

    BalasHapus
  4. kunjungan perdana...izin nyimak dulu...sukses selalu untuk anda...d tunggu kunjungan baliknya :) d blog jagad kawula kami :)

    BalasHapus
  5. Hmm.. Setuju! Meskipin saya pribadi bukan muslim, tapi ilmunya bermanfaat juga utk saya :) Kalo sempat, silakan main ke blog saya jg ya mba!

    BalasHapus
  6. Iya, seharusnya kita melakukan segala ketaatan pada Allah bukan dilandasi rasa takut, namun rasa cinta :) Ulasannya bermanfaat mbak..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming