16 April 2015

Belajar dari Dijah Yellow

Sejak namanya booming, ada sesuatu yang membuat saya takjub akan sosok hodijah alias dijahyellow yaitu percaya dirinya yang luar biasa. Apa coba yang membuat dia berani memajang foto imutnya, video ngegemesinnya dan ngomong english yang sedikit berantakan kalau bukan pede? Ampun dah, cuma modal joged-joged nggak jelas bisa tenar seperti dia.

Dan kabar terakhir dari sang dijahyellow yang bikin saya shok adalah novel perdananya yang cetar membahana badai. Hampir 5 tahun serius belajar menulis, saya belum bisa menelurkan satu novel pun. Tapi dijah, dengan hebatnya bisa menyelesaikan novelnya dalam waktu 9-10 hari. Ala maaaa, sepanjang saya mengagumi novel-novel para penulis ternama, rasa-rasanya tak ada yang menyelesaikan novelnya dalam waktu sesingkat itu. Apakah saya harus menobatkan dijahyellow sebagai idola baru saya?

Saya malu sama dijahyellow yang tanpa basa-basi langsung bisa menyelesaikan novelnya. Selama ini saya malah lebih banyak basa-basinya dibandingkan aksinya. Ketika menyusun sebuah tulisan, saya sering banget mentok ide dan kecewa pada hasil akhir tulisan saya. Kok kata-katanya jelek, nggak ada maknanya, datar, kekecewaan-kekecewaan seperti yang kerap membuat saya mandeg. Akhirnya banyak tulisan setengah jadi, seperempat jadi, bahkan jadi-jadian yang berserakan di file laptop. Tapi dijah, meskipun banyak pihak yang menilai novelnya mencederai sastra Indonesia, sungguh tak malu dan tak ada beban apa pun di pundaknya untuk melaunching novelnya dan menjualnya dengan harga yang waaw.. 100 ribu lebih kalau nggak salah.

Belajar dari dijahyellow, nampaknya mulai sekarang saya harus lebih mengalir lagi dalam menulis. Tak peduli apakah tulisannya bagus atau tidak. Yang penting nulis!
Oke dijahyellow, tengkyu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming