credit |
Beberapa
hari yang lalu seorang teman menelpon. Setelah menanyakan kabar dan
ketawa ketiwi cantik, dia menanyakan apa pekerjaan saya sekarang.
“Siti sekarang kerja apa? Ngajar?” tanyanya.
Saya
tertawa sebentar “Kerjaan di rumah juga banyak, Wi. Nggak perlu
nyari di luar.”
Kami
tertawa kemudian sama-sama menyadari kalau status kami sudah berbeda.
Saya ibu dari dua orang anak sedangkan dia masih single.
Butuh
waktu yang lama bagi saya untuk berdamai dengan keadaan dan
mimpi-mimpi yang kadung tertanam dalam benak. Setelah menikah dan
mempunyai anak, banyak hal yang harus saya korbankan. Bukan untuk
bermaksud riya. Tapi ternyata menjadi seorang istri dan ibu yang baik
tak semudah membalikkan telak tangan. Ada hal-hal yang harus kita
korbankan demi melaksanakan kewajiban kita saat ini. Bukannya juga
saya tak ikhlas menjalani peran saya sekarang. Tapi terkadang ada
saat-saat dimana saya ingin punya waktu sendiri dan melakukan apa
yang saya inginkan tanpa terganggu apa pun. Ah, tapi saya kemudian
sadar, jika dibandingkan keinginan-keinginan saya, karunia yang Allah
berikan pada saya malah lebih besar. Saya bisa menikah di usia muda,
memiliki suami yang sabar dan penyayang, kemudian tanpa harus
menunggu lama, Allah memberikan hadiah yang begitu berharga, yaitu
anak-anak.
Manager
rumah tangga. Ya, itu karir terbaik saya sekarang. Dan aset terbesar
yang saya miliki adalah anak-anak. Namun, anak-anak adalah manusia,
mereka bukan tanah liat yang bisa kita bentuk sesuka hati. Mereka
mempunyai karakter dan sifat yang bisa kita bentuk namun hasilnya tak
bisa kita tebak. Apakah persis dengan yang kita inginkan atau malah
sebaliknya.
Banyak
buku-buku parenting yang telah saya baca untuk menunjang peran saya
saat ini. Tapi fakta di lapangan terkadang berbeda dengan teori. Saya
masih tersaruk-saruk dan terkadang merasa gagal menjadi seorang ibu.
Apalagi ketika saya melihat anak saya melakukan hal-hal yang tidak
baik. Disitu kadang saya merasa sedih. Meskipun anak saya masih
kecil, tapi bagi saya tak ada pemakluman untuk berbuat tidak baik.
Prinsip-prinsip kebaikan harus ditanamkan pada anak selagi dia masih
kecil. Agar berbekas, agar menjadi kebiasaan. Namun, ya itu.
Anak-anak tak selamanya mau nurut. Baru saya sadari sekarang,
ternyata menjadi seorang ibu itu bukan sekedar mengganti popok,
menyuapi, dan memandikan anak, tapi lebih dari itu. Menjadi seorang
ibu adalah anugerah sekaligus tanggung jawab besar. Dimana ketika
kita menghadapNya nanti, kita akan dimintai pertanggungjawaban
tentangnya.
Dengan
kondisi masyarakat saat ini, peran seorang ibu sangatlah berat.
Seorang ibu dituntut untuk pintar dan bisa mengikuti perkembangan
zaman serta harus bisa menjaga akidah anak-anaknya agar tak terseret
arus kehidupan yang tidak baik. Seorang pakar pendidikan pernah
berkata, nonsense ketika kita menginginkan memiliki anak yang baik
tapi tidak membaikkan lingkungan tempat dimana anak tinggal. Huahh,
ini bener banget. Dirumah sudah dididik dengan baik, tapi lingkungan
malah mengajarkan sebaliknya. Bisa saya simpulkan membentuk generasi
yang baik tidak cukup dengan pendidikan yang baik di rumah, tapi
harus ditunjang dengan kondisi lingkungan yang baik pula. Salah siapa
dong ini?
Salah
kita! Yang sudah melupakan amar ma'ruf nahi munkar. Merasa cukup
ketika kita dan keluarga kita sudah baik. Kemudian menutup mata
dengan kondisi di masyarakat.
Ah,
menjadi seorang ibu itu .....Ada waktu dimana menangis sendirian demi
menyesali kesalahan yang dilakukan terhadap anak sambil memikirkan
bagaimana membentuknya menjadi pribadi yang baik. Dan ada pula waktu
dimana berkicau tak jelas di blog ini. Selamat beristirahat para
mommy. Semoga kita bisa menjadi ibu yang luar biasa untuk anak-anak
kita.
curhatan emak2 muda nih
BalasHapusMenjadi bu sangat membahagiakan ... aku ingin ada suka dan duka...
hehe... belum kecapaian.
Tapi semngat ukht, karena menjadi ibu berarti menjadi teladan yang baik bagi anak2nya... semangat!
menjadi ibu itu berkah.
Hapusmudah-mudah kita bisa menjadi ibu yang bagi anak-anak ya :)
ais doakan semoga cepet ketemu sama calon ayahnya .
hehhe
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus