31 Agustus 2015

6 Cara Mengelola Keuangan Keluarga di saat Krisis

Saat ini ekonomi Indonesia tengah memasuki masa krisis. Di mingu-minggu terakhir ini, rupiah kian loyo sampai tembus Rp. 14.000 per dollar. Pelemahan rupiah ini terjadi karena faktor ekternal dan faktor internal. Faktor ekternal adalah menguatnya perekonomian Amerika. Pemulihan ekonomi Amerika serikat yang diikuti pemotongan stimulus oleh The Fed berdampak pada menguatnya dollar terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Sedangkan faktor internalnya adalah kian merosotnya kinerja ekspor dan meninggkatnya impor sehingga menyebabkan anjloknya neraca perdagangan.

Akibat dari melemahnya nilai rupiah ini sudah dirasakan oleh masyarakat. Beberapa perusahaan mulai memPHK karyawan-karyawannya. Para pedagang menjerit karena semakin melambungnya harga terutama daging sapi dan daging ayam. Dan para ibu rumah tangga pun ikut merasakan dampak ini. Para ibu harus berpikir ekstra keras agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi meskipun harga-harga melambung sementara uang belanja tetap.

Nah, bagaimana cara mengelola keuangan keluarga di saat krisis? Berikut tips sederhananya,
credit


1. Setiap Rizki Akan Dimintai Pertanggungjawaban
Sebagai seorang muslim, kita sudah tentu faham bahwa setiap rizki yang Allah berikan pada kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Berapa pun jumlahnya. Jadi alangkah lebih baiknya jika kita terlebih dahulu bersepakat dengan suami untuk mengalokasikan rizki yang diterima pada hal-hal yang bisa kita pertanggungjawabankan.

Kita bisa mengambil pelajaran pada sahabat Rasulullah SAW, yang terkaya yaitu Abdurrahman bin Auf. Beliau mensedekahkan seluruh hartanya di jalan dakwah karena mendengar Rasulullah SAW berkata, bahwa di akhirat nanti di antara para sahabat, dialah yang paling lama dihisabnya disebabkan hartanya yang banyak.



2. Pangkas Pengeluaran yang Tidak Penting
Disaat harga-harga kebutuhan pokok naik sementara penghasilan tetap, kita bisa mengatasinya dengan memangkas atau menghilangkan sama sekali pengeluaran yang tidak penting. Misal belanja hijab karena tergoda modelnya yang bagus, padahal di lemari jilbab sudah menumpuk. Intinya, kita harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan.

3. Ibu adalah Ahli Gizi di Rumah
Meskipun sedang sulit, seorang ibu tetap memiliki kewajiban yang besar untuk menjamin gizi setiap anggota keluarga, terutama anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan. Jangan karena harga daging naik, kita makan kerupuk tiap hari untuk berhemat. Allah mewajibkan kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan toyib. Jika tidak maka tubuh kita yang akan menanggung resikonya.

“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”  Al Maidah : 88

Caranya, kita bisa mengganti menu daging dengan sumber protein yang lain seperti ikan dan tempe atau tahu. Kalaupun mau daging bisa dikurangi kuantitasnya dengan memasaknya menjadi sup daging dengan kuah yang banyak. Makanan yang sehat sangat penting untuk tubuh kita. Rasulullah SAW sangat menyukai muslim yang kuat.

4. Jangan Lupa Infaq dan Sedeqah
Sesulit apa pun kondisi kita, jangan lupa untuk meberikan hak orang lain yang terselip di antara harta kita. Sedeqah bisa menjauhkan diri kita dari marabahaya dan memperlancar datangnya rizki. Justru sedeqah di saat sulit nilainya akan semakin tinggi di hadapan Allah dibandingkan sedeqah di saat lapang.

5. Membuat Rincian Pengeluaran
Agar rizki yang kita terima bisa cukup memenuhi kebutuhan kita, kita bisa membuat rincian pengeluaran dengan membuat pos-pos pengeluaran. Ini untuk makan, ini untuk sedeqah, ini untuk bayar listrik, ini untuk beli sabun, dll. Hal ini dilakukan agar pengeluaran kita lebih jelas.

6. Jangan Bersikap Apatis
Mentang-mentang gaji suami kita cukup, kita jadi tak peduli nasib orang lain. Malah dengan entengnya bilang, Alhadulillah ya, kebutuhan kita mah masih bisa terpenuhi walaupun sedang krisis. Bersyukur itu harus, tapi jangan jadi apatis juga dengan nasib orang-orang disekeliling kita. Tengok deh, apakah ada tetangga kita yang berprofesi tukang daging dan kian merugi? Atau adakah tetangga kita yang suaminya kena PHK?

Pertumbuhan ekonomi yang tergantung pada lemah atau kuatnya nilainya mata uang adalah sebab diterapkannya ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis menjadikan uang kertas sebagai alat tukar padahal nilai ekstrinsik dan instrinsiknya tidak sama. Hal inilah yang menyebabkan nilainya berubah-ubah. Selain itu karena adanya pasar saham, maka uang lebih banyak berputar di sektor nonriil. Sedangkan dalam sistem ekonomi islam, mata uang dinar dan dirham yang dijadikan alat tukar karena terbuat dari emas dan perak sehingga nilainya tetap. Selain itu islam juga mewajibkan para aghniya (orang kaya) untuk berzakat agar uang bisa berputar di masyarakat. Hal ini menjadikan uang tidak hanya berputar di sektor nonriil atau kalangan tertentu saja.

Maka dari itu kita harus berusaha, minimal dengan doa agar kelak kita bisa hidup dengan aturan dari Sang Pencipta yang Mahasempurna bukan aturan abal-abal buatan manusia. Nilai lebih kalau kita mau berjuang dengan aksi nyata. Yuk! Mengkaji islam!

5 komentar:

  1. Nice share mbaakk
    Lg butuh banged semangat mengelola keuangan nih
    Hihihihi ..
    Semoga bs jadi bank-nya suami dan anak2 yaaaa.
    (/ω\)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak :))
      iya aaamiiin. semoga kita bisa menjadi manager keuangan yang baik yaa

      Hapus
  2. Jazakallah khair ^^ bermanfaat banget postnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaamiiin.
      terima kasih sudah berkunjung mbak. salam kenal

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming