17 April 2013

Yang Paling Dekat dengan Kita : Kematian


Minggu, tanggal 7 April yang lalu, saya mendapat kabar bahwa sahabat saya, Teh Iyen namanya, telah meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi roji'un. Saya terkejut bukan main. Enggak nyangka sama sekali jika Teh Iyen akan kembali padaNya di usia yang masih sangat muda. Saya rasa usianya belum menginjak 30 tahun. Dia baru menikah sekitar 1 tahun yang lalu. Saya mengenalnya karena kami sama-sama tergabung dalam Majelis Taklim Remaja Bilkis yang diasuh oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Tak lebih satu tahun kami bersama. Bareng-bareng membuat acara untuk remaja dan ikut serta dalam beberapa kepanitiaan dauroh. Teh Iyen ini, orangnya pendiam, kurang lebih sama seperti saya. Hal positif yang saya lihat darinya adalah dia tak pernah mengeluh jika diamanahi tugas apapun. Dan satu hal lagi, dia orangnya tak malu bertanya akan hal-hal apa saja yang belum dia ketahui.


foto pernikahan Teh Iyen yang saya ambil dari facebooknya
Teh Iyen meninggal karena sakit yang dideritanya semenjak hamil. 3 bulan lamanya dia tak sadarkan diri. Ketika melahirkan pun dia tak sadarkan diri. Keluarganya dan pihak dokter tahu jika dia akan melahirkan karena dia berkeringat terus-menerus. karena itulah dokter memutuskan untuk mengoperasi demi mengeluarkan bayi di kandungan Teh Iyen. MasyaAllah. Saya tahu sebenarnya dia merasakan betapa sakitnya ketika akan melahirkan. Hanya saja dia tak bisa berbuat apa-apa. Badannya lemah, tak bisa digerakkan. Entah karena apa. Dokter pun angkat tangan atas penyakit yang diderita Teh Iyen.

Satu hal yang membuat saya ngenes adalah anaknya. Selama hidupnya dia belum pernah sekali pun di sentuh, dipeluk, apalagi sampai disusui oleh ibunya. Semoga Allah melapangkan kubur ibumu, ya, Dek.

Berkaca dari kejadian ini, saya kembali sadar bahwa maut bisa kapan datang saja. Jika sudah tiba waktunya, tak bisa ditawar-tawar lagi.

“Kami bersepuluh datang kepada Nabi SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya, “Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?” Maka Rasulullah menjawab, “Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang paling cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan di dunia dan kemuliaan di akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

Oke, temans, mulai sekarang, perbanyaklah mengingat kematian. Karena kita semua akan mati. Saya dan kamu akan mati. Dikuburkan dan tak punya teman selain amal kita selama hidup didunia.

Doa saya untuk Teh Iyen, semoga Allah mengampuni kesalahanmu dan menjadikan langkahmu dalam medan dakwah sebagai pemberat timbangan baikmu di yaumul hisab kelak.
See you Teteh, InsyaAllah kita ketemu lagi di JannahNya Allah ^^

1 komentar:

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming