12 Desember 2013

Saya Kapok Naik Kereta Api

“Saya kapok naek yang beginian.”

Inilah perkataan yang entah sadar atau tidak diucapkan salah seorang korban tabrakan KRL dan truk tangki pertamina, Senin 9 Desember 2013 di perlintasan kerata api Pondok Betung, Bintaro. Si Ibu mengucapkannya dengan air mata yang menganak sungai. Kentara sekali dari raut wajahnya jika dia masih panik.

credit
Suatu musibah memang sering membuat seseorang kapok atau trauma. Nggak mau begini lagi nanti jadi begitu. Nggak mau begitu lagi nanti jadi begini. Yah, pengalaman memang guru yang terbaik. Jangan sampai kita menjadi keledai yang jatuh di lubang yang sama. Hanya saja, ke-kapokan si ibu ini, tidak bisa terrealisasikan. Karena apa? Karena semua moda transfortasi, baik itu darat maupun udara memiliki resiko kecelakaan yang sama. Dengan jalan kaki pun kita tak bisa terhindar dari kecelakaan. Jatuh lah misalnya, kesandung misalnya, atau tertabrak mobil yang sembrono seperti peristiwa di tugu tani. Intinya sebagai manusia kita hanya bisa berikhtiar untuk hati-hati. Toh, musibah sudah menjadi kehendak yang Mahakuasa.

Lantas haruskah kita menyalahkan Pencipta sepenuhnya?
Tentu tidak, kita harus mengkaji apakah ada faktor human eror yang melatarbelakangi musibah tersebut atau tidak? Kalau ada, berarti sebagai manusia kita diharuskan untuk bermuhasabah diri dan berusaha memperbaikinya.

“Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuro: 30)

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari sebab (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa`: 79)

Rumah kontrakan saya, kurang lebih berjarak 2 kilo meter dari stasiun Sudimara, Jombang. Tentunya dekat juga dengan perlintasan kereta api. Beberapa kali saya pernah melintas ke sana. Keadaannya sungguh luar biasa. Ketika sirine berbunyi dan palang pintu belum tertutup sempurna, banyak para pengendara motor yang menerobos. Lebih dari itu, terkadang ketika palang pintu sudah tertutup pun, masih saja ada yang nekat menerobos. Entah apa yang mereka kejar. Barulah setelah kereta cukup dekat, para pengendara dengan ikhlas menghentikan laju kendaraannya. Saat kereta melintas di hadapan kami jangan harap keadaannya berjalan lancar. Kebiasaan saling menerobos, salip sana salip sini masih kerap terlihat. Bayangkan saja, banyak pengendara yang seharusnya antri di belakang kendaraan lain, dengan sangat nekat menyerobot lajur sebelah kanan. Al hasil ketika palang pintu di buka kembali kendaraan dari arah berlawanan sulit untuk bergerak maju. Kemacetan pun tak terhindari.

Melihat fakta perlintasan kereta api di tempat saya, saya bisa menganalisis tiga kemungkinan tentang kecelakaan senin kemarin.

Kemungkinan pertama, sirine di perlintasan kereta api rusak hingga truk tangki tidak tahu akan ada kereta yang lewat. Akhirnya dia menerobos dan tertabrak. Namun jika benar sirine rusak, harusnya bukan hanya truk tangki saja yang menerobos. Kendaraan yang lain pun pasti anteng melaju tanpa tahu ada kereta api yang lewat.

Kemungkinan kedua, truk tangki yang nekat menerobos. Ketika sirine telah dibunyikan truk tangki tak menghentikan laju kendaraannya hingga dia berada di tengah perlintasan. Dan akhirnya tertabrak karena kereta sudah terlalu dekat.

Kemungkinan ketiga, truk tangki yang menerobos terpaksa berhenti di tengah perlintasan karena jalan di depannya sudah tertutup penuh dengan kendaraan lain yang menyerobot lajur kanan untuk berhenti.

Kemungkinan-kemungkinan di atas hanya hipotesa saya sebagai ibu rumah tangga yang tinggal dekat stasiun. Hahhha :D
Kronologis kejadian yang sebenarnya bisa kita tahu setelah polisi menyelesaikan proses penyidikan.

Dengan adanya musibah ini, seharusnya kita selaku pengguna jalan dan berbagai instansi terkait bisa mengambil pelajaran. Pelajaran apa?
Sebagai pengguna jalan kita harus bisa lebih sabar mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Peraturan dibuat bukan untuk dilanggar, kan? Tapi untuk menjamin keselamatan kita semua. Syukurilah kesemrawutan jalan dengan tidak menambahnya semakin semrawut.

Dan untuk pemerintah serta PT. KAI jangan sampai ada lempar tanggungjawab seperti yang saya lihat di media massa. PT. KAI mengklaim menyediakan palang pintu diperlintasan bukan tugasnya. Pemerintah pun terlihat ogah turun tangan. Lantas siapa yang akan bertanggungjawab memenuhi kebutuhan rakyatnya?
Inilah akibatnya ketika sarana dan prasarana umum dikuasai oleh swasta. Swasta merasa tak punya tanggungjawab. Pemerintah pun lepas tangan.

10 komentar:

  1. setuju dgn 3 kesimpulanmu mak. bisa saja kejadiannya seperti itu. yg jelas, pemerintah dan PT KAI harus sama2 bertanggung jawab

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, sekarang malah PT KAI mau nuntut pertamina.
      hadeh

      Hapus
  2. Memang mengerikan tragedi bintaro kemarin, ya semoga pengelolaan nya lebih baik lagi disisi lain para pengguna jalan juga harus lebih hati2 ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. semua kompenen memang harus bersinergi mas.
      nggak bisa satu elemen saja

      Hapus
  3. Jalan kaki saja kita bisa saja celaka ya ...
    Kecelakaan kereta api kan tidak setiap saat.
    Mudah2an ibu itu akan bisa memandang peristiwa ini dengan lebih jernih.

    BalasHapus
  4. Saya termasuk salah satu pecinta kereta api. Senang sekali kalau kemana-mana naik kereta api.. Dan sejak kejadian itu, saya tetap cinta.. pada hakikatnya kan musibah itu dari Allah atas kelalaian kita, kali ini mungkin kereta yang jadi syariatnya..

    Selamat malam, mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau saya masih pada tatanan suka mba :)
      suka dingin sama gak macetnya :P

      Hapus
  5. Saya dulu sempat dilarang ortu pulang kampung naik kapal... kebetulan ombak laut memang besar. Ibu khawatir saya kenapa-napa, biasa. Tapi, buktinya perjalanan masih dalam taraf aman dan diperbolehkan berlayar. Biasanya, kalau sudah berbahaya, keberangkatan kapa dipending. Jadi saya berargumentasi pada ibu, biar saya bisa diperbolehkan pulang. "Sebenarnya bu, kalau rizal ditakdirkan mati, nggak ikut kapal yang sedang terkena ombak pun, rizal tetap mati. Sudahlah, yang penting ibu doakan rizal biar rizal selamat sampai tujuan.."

    BalasHapus
  6. kejadian kemarin ada hikmahnya jugaa, segaknya pelajarn biar patuh sama rambu lalu lintas.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming