Hallo temans blogger :))
Hallo Februari :) Ah rasanya terlalu
lama saya menghilang hingga banyak hal-hal yang terlewatkan.
Postingan ini, adalah postingan pertama saya di Sumedang. Sumedang
dear! You knows?
Sumedang adalah kota kecil di pinggiran
Jawa Barat. Jangan membayangkan yang terlalu primit tentang Sumedang
ya, saat ini pembangunannya lumayan pesat, ada pembangunan Waduk
Jatigede dan sebentar lagi akan di bangun bandara Kertajati di
perbatasan Sumedang-Majalengka.
Hanya saja jaringan internet di sini
agak lumayan susah (hahha :D karena saya tinggal di kampungnya, bukan
di Sumedang kotanya). Saya harus berjibaku dengan rasa sabar hanya
untuk membuka satu halaman blog saja. Hal ini tentu saja membuat saya
kudet alias kurang update. Yah, mau bagaimana lagi, siapa suruh
pindah ke kampung toh? Akhirnya, karena bisnis baru suami pun harus
menggunakan fasilitas internet, maka suami membuat antena odong-odong
untuk menguatkan signal. Suami bilang sih, antena yagi namanya. Kenapa saya bilang odong-odong? Karena membuatnya juga
alakadarnya. Dibuat dari alumunium bekas antena televisi yang sudah
tak terpakai dan seserok (alat untuk memasak). Hasilnya, yaa
Alhamdulillah, saya bisa update lagi sekarang :) *joged hawaii
seserok yang malang |
Tanggal 28 Desember tahun lalu, (sudah
1 bulan lebih yaa) saya, suami beserta si kecil resmi pindah ke
Sumedang. Tak lagi jadi perantau di Tangerang sana. Banyak hal-hal
yang harus dipersiapkan dan ditambah acara ngidam anak kedua jadinya
keburu cape untuk sekedar buka laptop.
Banyak yang menyayangkan keputusan kami
untuk mudik ke Sumedang.
“Ngapain pindah ke kampung, enakan di
kota, cari uang gampang. Di kampung mah susah.”
komentar seperti ini yang sering mampir
di telinga. Well, saya tak menampik komentar mereka-mereka. Di kota,
peluang dan kesempatan memang terbuka lebar. Tapi ketika hati
berbicara lain?
Ritme kehidupan yang monoton, adalah
alasan awal suami untuk resign. Berangkat kerja pagi dan pulang larut
selama 6 hari dalam seminggu, lambat laun membuatnya jenuh. Selama
enam hari itu tak ada yang dilakukannya dan dikejarnya selain
pekerjaan. Untuk suami, bekerja kan ibadah. Yah! Bekerja memang
ibadah, tapi ketika pekerjaan ini melalaikan kewajiban-kewajiban yang
lain, apa harus dipertahankan? Sedikit waktu untuk silaturahim, tak
ada waktu untuk tolabul ilmi ilmu agama, bahkan untuk shalat
berjama'ah di masjid pun susah. Cape lah, ini lah itu lah. Sebagai
seorang istri, saya tak tega melihatnya. Padahal sebelum bekerja di
Jakarta, suami getol ngaji dan tak ketinggalan shalat di masjid.
Walaupun salary yang diterima jauh lebih besar saat bekerja di
Jakarta, tapi saya lebih nyaman dengan kehidupan saya ketika dia
belum bekerja di Jakarta.
Apa hanya harta yang kami cari di
dunia?
Jawabannya jelas bukan, walaupun harta
memang diperlukan untuk sarana beribadah dan melangsungkan kehidupan,
tapi tak otomatis kita menjadikannya sebagai tujuan utama. Ya kan?
Akhirnya, setelah istikharah dan
merenung di gua, kami memutuskan untuk mudik dan belajar berbisnis.
Hasilnya? Jangan tanya sekarang ya,
kami masih berada di anak tangga ke satu, eh, kedua, nanti kalau kami
sudah ada di atas, kami ceritakan bagaimana susah payahnya kami
sampai di atas sana.
Amiin.
Kalau sudah rizki, mau di kampung atau
di kota, ya nggak akan kemana to.
Yang penting itu ikhtiarnya
dimaksimalkan :))
whehehe keren antenanya mbak :D
BalasHapusmaaf mau klarifikasi, sumedang bukan dipinggiran jawa barat tapi justru ditengah2 jawa barat, makanya ndak punya laut hehe
weh, iya ya :)
Hapus