Al-qur'an adalah pedoman hidup yang
diturunkan Allah SWT untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Karena itulah memahaminya adalah sebuah keharusan. Kebanyakan dari
kita (termasuk saya) sudah mencukupkan diri manakala bisa membaca
Al-qur'an. Hanya membacanya saja karena Al-qur'an yang berbahasa Arab
sulit difahami oleh orang Indonesia seperti kita yang tidak mau
belajar. Hasilnya, sudah bisa ditebak, banyak umat muslim yang
tak memahami pedoman hidupnya. Bagaimana hidupnya mau terarah kan?
Saya sempat terheran-heran ketika guru
ngaji saya berkata bahwa sahabat Rasul sering menangis jika mendengar
lantunan ayat Al-qur'an. Kok saya nggak? Malah lempeng-lempeng aja.
Semenjak itulah saya sadar bahwa saya
baru bisa membacanya saja (itupun entah benar atau tidak tajwid dan
makhorijul hurufnya) tanpa disertai dengan memahami apalagi
menghayatinya. Rabbi, level keimanan saya masih dimana? Hingga
membaca namamu saja hati ini tak bergetar? *Hikssss. Nangis bombay.
Menyadari hal ini saya mulai berbenah
dengan terlebih dahulu memperbaiki bacaan Al-qur'an saya yang rasanya
masih awut-awutan. Setelah itu membiasakan diri membaca terjemahannya
setelah membaca arabnya. Maksudnya tiada lain agar bisa memahami
kandungan ayat yang dibaca.
Setelah mengikuti kajian tafsir di
Tangerang, ada seorang teman yang merekomendasikan untuk membeli
Al-qur'an terjemah perkata. Selain mengerti maksudnya,
sedikit-sedikit kita juga bisa belajar bahasa Arab, begitu katanya.
Akhirnya pas IBF tahun kemarin, saya beli Al-qur'an terjemah perkata
yang diterbitkan penerbit Jabal. Harganya ramah, tapi kontennya
lumayan komplit.
Ada terjemahan perkatanya, terjemahan
perayat, asbabul nuzul, ringkasan hadits bukhori, dan tafsir ibnu
katsirnya. :))
Ayo kita jadikan Al-qur'an sebagai
pedoman hidup bukan sebatas bacaan saja :))
Memang butuh usaha untuk memasukkan Al Qur'an ke dalam hati ya :)
BalasHapusiya Bunda :(
Hapusintinya bersihkan hati dulu ya Bun. biar hikmah alqu'an bisa masuk ke dalam hati kita.