14 Maret 2016

Menjelaskan Proses Terjadinya Siang dan Malam Pada Si Kecil


credit

Setelah terjadi gerhana matahari total tanggal 9 Maret lalu, si sulung (4 tahun)menjadi antusias dan penasaran dengan benda-benda langit. Meskipun daerah Jawa Barat, khusunya Sumedang, hanya mengalami gerhana matahari parsial, tapi kami bisa menyaksikan proses GMT total di televisi. Setiap maghrib dia selalu bertanya, “Mi, mataharinya ke tutup bulan ya, jadi gelap?” Saya menjawab seperlunya dengan jawaban yang mudah-mudahan tidak membuatnya bingung. “Tidak. Matahari tertutup bulan mah gerhana yang waktu itu teh” Dia hanya membulatkan mulutnya begitu mendengar jawaban saya. “oo...,”katanya datar. Namun kentara sekali di wajahnya jika dia masih bingung dan penasaran.

Besoknya, ketika maghrib tiba dia kembali menanyakan hal yang sama. “Mi, mataharinya ke tutup bulan ya, jadi gelap?”. Saya pun kembali memberikan jawaban yang sama. “Bukan, Teh.” Sebagai seorang ibu kita harusnya bersyukur ketika si kecil banyak bertanya. Namun adakalanya kita harus berfikir keras agar bisa memberikan jawaban yang bisa dimengerti olehnya. Karena pada hakikatnya usia balita adalah usia dimana proses berfikirnya mulai berjalan. Kebetulan sore ini hujan lebat dan mati lampu, tiba-tiba saya mempunyai ide cemerlang untuk menjelaskan peredaran benda-benda langit padanya.

Awalnya saya menjelaskan bahwa malam terjadi bukan karena matahari yang tertutup bulan tapi karena bumi itu berputar. Bumi tempat kita tinggal, bulan, planet, semuanya mengelilingi matahari. Kemudian saya mencoba menjelaskan proses terjadinya siang dan malam dengan bantuan lampu emergency. Saya mengibaratkan lampu emergency adalah matahari dan si sulung adalah bumi.

“Ingat! Bumi itu berputar teh. Ibaratnya, lampu ini matahari, dan teteh bumi ya!” Si sulung kemudian mengangguk.

“Coba teteh menghadap lampu! Terang?”.

“Terang, Mi!”

“Nah, jadi kalau bumi menghadap matahari, itu artinya siang. Coba sekarang Teteh berputar!”

Si sulung membalikkan badanya. “Gimana?”

“Gelap. Mi.”

“Nah, jadi kalau membelakangi matahari, itu artinya?”

“Malam!” jawabnya girang sambil loncat-loncat di kasur.

Setelah menjelaskan hal ini saya tak berharap dia mengerti akan proses terjadinya malam dan siang secara sempurna. Saya hanya berharap, mulai dari saat ini dia sadar bahwa alam semesta ini diceptakan dan diatur oleh Dzat yang Mahasempurna yaitu Allah Azza Wajjala.

“Teh, siapa yang menciptakan bulan, bumi, dan matahari?”

“ALLAH!”

1 komentar:

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming