10 Januari 2013

Biasa (melihat) Maksiat


Menjadi biasa karena biasa. Hah, apa pula maksudnya kalimat pembuka ini? Hihi
dulu, saya pernah mereview buku Ust. Felix yang berjudul, How to Master Your Habits dalam buku ini dijelaskan bagaimana cara membentuk sebuah keahlian dengan kebiasan. Be expert with habits. Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Nah, namun parahnya kali ini saya menganggap hal yang tak biasa menjadi biasa karena habits. Lihat di sini tentang curcol saya yang nggak nyaman tinggal di lingkungan kontrakan yang notabene, (sedikit) sekuler, entah itu cara berpakaian, bicara, dan gaya hidup mereka.

Saya bergaul dengan mereka setiap hari. Oke, katakanlah, habits saya adalah melihat bagaimana cara mereka hidup. Dan hasilnya, setelah kurang lebih 4 bulan hidup dalam lingkungan yang sama, saya yang mulanya risih, mulai merasa biasa. Astagfirullah. Saat ini saya tak ngedumel lagi setiap kali suami pulang kerja dan menceritakan betapa tak enaknya saya melihat ibu-ibu di sini memakai tanktop dan celana hotpans. Yaa, meskipun alhamdulillah saya tetap istiqomah dengan hijab saya, saya merasa kebiasaan saya akan hal yang salah ini sungguh kesalahan yang fatal. Bagaimana kita bisa menyadarkan seseorang ketika kita menganggap apa yang dilakukan seseorang itu adalah hal yang lumrah?

Menyadari kenyataan pahit ini, *cielaaa bahasanya. Saya coba berbenah lagi. Mungkin ada yang konslet di otak saya ataukah ada yang lain. Dan ternyata, selain faktor ke konsletan otak saya, pendapat Ust. Felix dalam bukunya ces plong dalam kehidupan saya alias terjadi a.k.a menjadi kenyataan. Hihiii :) Habitslah yang membuat saya menjadikan hal yang salah menjadi biasa. Coba saja, setiap hari indera kita dicekoki dengan budaya-budaya asing yang sangat bertolak belakang dengan islam. Meskipun awalnya tak enak, tapi kalau setiap hari?

Saat ini, bisa kita lihat bagaimana kaum kafir berusaha untuk menjatuhkan kaum muslim dengan perang pemikirannya. Mereka sangat gencar mencekoki umat islam dengan budaya mereka melalui food, fashion, and fun-nya. Hasilnya? Ketika ada konser musik yang menampilkan perempuan dengan rok setengah paha, tak ada yang protes lagi. Entah merasa biasa, entah bosen karena jarang diindahkan. Sebaliknya, ketika ada laki-laki yang memakai celana di atas mata kaki atau berjenggot langsung dicap teroris, dan kalau ada perempuan pakai cadar, istrinya teroris tuuuh. Piye iki? Ko orang muslim sendiri antipati terhadap identitasnya?

Well, sebelum makin ngaco, weak up yu, ternyata ada banyak hal yang kita anggap reneh temeh, justru berdampak besar pada kualitas keimanan kita.
Masih ingat hadits ini?

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari dengan hatinya dan inilah selemah-lemah iman." (HR. Muslim no. 49)

4 komentar:

  1. Betul mba, duluuu bangett, perempuan keluar malam malam itu tabu, sekarang anak anak remaja perempuan keknya udah ga kenal lagi peraturan seperti itu. Begitu juga dengan penggunaan pakaian seksi, duluuu banget, pakaian seperti itu menunjukkan image buruk, sekarang malah kebalik, yang kayak gitu yang dibilang gaya. MasyaAllah,

    Semoga kita tetep mengingkarinya ya mba, minimal dgn mendoakan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dulu pengaruhnya masih sedikit mba. sekarang kita sudah digempur dari arah mana saja.

      Hapus
  2. aku sebagai laki-laki normal yang menyukai perempuan, namun aku juga punya kontrol yang namanya iman,
    awalnya melihat perempuan memakai celana/rok pendek sangat risih, namun karena sering-sering melihat yang demikian itu, di jalan-jalan atau di tv menjadikan itu bukan hal aneh,
    Astaghfirullah

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming