Tadi sore -tanpa sengaja- saya nonton
acara Merajut Asa di Trans7. Wah, ternyata yang diliput adalah warga
lereng gunung Tampomas di Sumedang. Tepatnya di desa Cibereum,
kecamatan Cimalaka, kabupaten Sumedang. Saya tambah semangat
mengikuti acara ini meski sudah di segmen terakhir.
Jadi pengen pulang kampung deh.
gunung tampomas |
Tampomas adalah gunung vulkanik yang
terletak di Sumedang. Tingginya 1684 meter dari permukaan laut. Saat ini, statusnya dinyatakan tidak aktif
lagi. Entah di tahun berapa, gunung ini terakhir kalinya meletus.
Banyak dongeng, orang sunda menyebutnya sasakala, tentang
gunung tampomas yang pernah saya dengar dari orang tua dulu. Seingat
saya, tampomas mengandung arti tanpa emas. Dikisahkan, dulu ketika
gunung ini hendak meletus, sang Bupati mendapat wangsit untuk
menumbalkan keris yang terbuat dari emas kepada penunggu gunung. Pada
akhirnya sang Bupati menumbalkan keris kesayangannya dan gunung ini
pun tak jadi meletus. Awalnya gunung ini disebut tanpa emas, namun
lama-kelaman berubah jadi tampomas. Yah, namanya juga dongeng.
Balik lagi ke acara Merajut Asa.
Seperti sebelumnya, acara ini menayangkan tentang seseorang atau
kelompok yang berhasil membawa perubahan di lingkungannya. Kali ini
yang diangkat kisahnya adalah kelompok tani Simpay Tampomas yang
memanfaatkan lahan tandus bekas galian pasir.
Seperti yang kita tahu, daerah lereng
gunung vulkanik yang sudah meletus kaya akan pasir, oleh sebab itulah
lereng tampomas sudah bertahun-tahun dikeruk pasirnya oleh
perusahaan-perusahaan pertambangan. Sayangnya, aktifitas pertambangan pasir ini justru merusak lingkungan. Lereng gunung jadi rawan longsor, tanahnya tandus, serta udara di kawasan ini sangat panas.
credit |
Simpay Tampomas, bisa menghijaukan
lahan gersang bekas galian yang oleh sebagian orang ditelantarkan.
Kontur tanah yang cenderung dipenuhi bebatuan tentu sulit untuk
ditumbuhi tanaman. Namun, kelompok tani ini sangat brilian. Mereka
menanami tanah tandus ini dengan tanaman yang bisa hidup di lahan
kering, pohon kecembreng dan pohon buah naga. Di atas tanah seluas 3
hektar, tanaman ini tumbuh subur.
Berdasarkan keterangan ketua Simpay
Tampomas, Pak Uha, mereka mendapatkan lahan karena banyak investor yang
menginvestasikan uangnya di lahan ini. Panen raya kemarin saja,
mereka berhasil mengumpulkan kurang lebih 21 ton buah naga. Wah!
Dari tayangan ini saya belajar banyak
hal. Bukan hanya tentang pemanfaatan lahan tandus, tapi tentang
esensi lahan tandus dan pohon buah naga itu sendiri.
Dalam kehidupan tak jarang kita menemui
keadaan yang -menurut kita- kurang baik. Namun, jika kita kuat tentu
saja kita bisa tumbuh dengan subur selayaknya pohon buah naga.
Allah sebaik-baiknya pembuat rencana.
Jika manusia bisa merusak, manusia bisa pula memperbaikinya, Pak Uha.
kelompok tani simpay tampomas ini memang betul-betul hebat...saya pernah berkunjung beberapa kali ke kelompok tani ini...kalau tidak salah nama ketuanya adalah bapak Uha. Selain menyulap lahan gersang menjadi perkebunan buah naga, saya juga menjumpai peternakan kambing ettawa disana. Semangat pantang menyerah yang patut kita tiru
BalasHapusiya mas, usahanya patut kita tiru. InsyaAllah lahan gersang di Sumedang bisa diperbaiki.
Hapuskalau ada kesempatan pengen juga main kesana :)
mau dung kesana.. hehe...
BalasHapusAyo ka :))
Hapussaya bersedia jadi tour guide nya
hihihi