credit |
Bulan
sya'ban sudah memasuki pertengahan. Tinggal hitungan hari lagi, kita
akan memasuki bulan Ramadhan. Umat muslim bersuka cita. Doa-doa
dipanjatkan agar diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan.
Tak sedikit juga yang menjalani puasa sunah di bulan ini. Sebagaimana
diriwayatkan dalam sebuah hadits,
Diriwayatkan
oleh Ahmad, 26022. Abu Daud, 2336. Nasa’i, 2175. Ibnu Majah, 1648
dari Ummu Salamah radhiallahu anha berkata: ”Aku tidak melihat
Rasulullah sallahu’alaihi wa sallam berpuasa dua bulan secara
berurutan kecuali beliau melanjutkan bulan Sya’ban dengan Ramadhan.
Bagi
umat muslim, bulan Ramadhan sangatlah istimewa. Di bulan ini untuk
pertama kalinya Al-quran diturunkan. Di bulan ini pula ada satu malam
yang lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan ini Allah Swt.
menjanjikan rahmat, ampunan, dan pahala yang berlipat-lipat bagi
siapa saja yang bersungguh-sungguh menginginkannya. Tak hanya itu,
pada bulan Ramadhan, umat muslim terdahulu menuai banyak kemenangan
atas kaum kufar. Seperti kemenangan di perang Badar, fathul Makkah
dan kemerdekaan Indonesia pun diraih ketika bulan Ramadhan.
Berbeda
dengan ibadah lainnya, ibadah puasa di bulan ini dikatakan Allah Swt.
Sebagai ibadah yang khusus untuk-Ku.
Dari
Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, ‘Setiap amalan
kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman,
‘Kecuali, amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan
Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan
syahwat dan makanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan
mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan
kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.
(HR Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim).
Hadits
di atas menjelaskan keutamaan dan kelebihan ibadah puasa dibandingkan
dengan ibadah-ibadah lainnya. Ada beberapa penjelasan ulama tentang
maksud dari hadis di atas.
Ibnu
Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyebutkan
penjelasan ulama tentang makna hadits dan mengapa puasa diberi
keutamaan ini.
Di
antara alasan yang paling kuat, pertama, ibadah puasa itu tidak
terkena riya sebagaimana ibadah lainnya berpotensi terkena riya.
Al-Qurtubi
berkata, Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit
riya, puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut, kecuali
Allah, maka Allah sandarkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya.
Karena
itu, dikatakan dalam hadits, ‘Ia meninggalkan syahwatnya karena
diri-Ku.'
Ibnu
Al-Jauzi berkata, ‘‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan, sedikit
sekali yang selamat dari godaan, yakni terkadang bercampur dengan
sedikit riya, berbeda dengan ibadah puasa.
Kedua,
maksud ungkapan Aku yang akan membalasnya, adalah bahwa pengetahuan
tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang
mengetahuinya.
Al-Qurtuby
berkata, Artinya amalan ibadah lainnya telah terlihat kadar pahalanya
untuk manusia. Bahwa, dia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai
700 kali sampai sekehendak Allah, kecuali puasa, Allah sendiri yang
akan memberi pahalanya tanpa batasan.
Ketiga,
makna Puasa untuk-Ku, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang
paling Allah cintai dan paling mulia di sisi-Nya.
Dari
penjelasan di atas seharusnya kita menjaga puasa kita dengan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahalanya. Seperti
berbohong, gibah, mengeluh, marah-marah, atau yang paling parah
sampai meninggalkan shalat 5 waktu.
Lucunya,
di Indonesia Ramadhan selalu dihiasi dengan kebiasan yang terkadang
merusak pahala puasa. Mudik dan belanja. Yap, di sepuluh hari
terakhir seringnya orang Indonesia, malah disibukkan dengan dua hal
ini dibandingkan memperbanyak ibadah. Padahal kita tahu, di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, ada satu malam yang pahalanya lebih
dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar. Umat muslim seharusnya
berlomba-lomba untuk mendapatkannya.
Mudik,
melakukan perjalanan jauh terkadang merusak puasa kita. Meskipun ada
keringanan bagi orang yang melakukan perjalanan jauh untuk tidak
berpuasa, namun kerap aktivitas ini dijadikan pelegalan untuk tidak
melakukan puasa sama sekali.
Selain
mudik, kebiasaan yang sering merusak pahala puasa adalah belanja. Siapa sih yang nggak suka belanja? Apalagi perempuan. Entah itu belanja bahan makanan atau belanja baju baru untuk idul
fitri. Tak sedikit umat muslim yang rela berdesak-desakan
di pasar atau mall dan membatalkan puasa untuk membeli baju baru.
Padahal tak ada keharusan untuk membeli baju baru. Rasulullah hanya
mensunahkan untuk memakai baju yang paling bagus, bukan baju baru.
Namun
saat ini, berkat kemajuan zaman dan teknologi, jika ingin membeli
baju baru, kita tak perlu lagi merusak puasa kita dengan berbelanja
di pasar atau swalayan. Cukup duduk dan memiliki koneksi ke internet.
Kita bisa berbelanja baju untuk idul fitri di toko online. Ada
berbagai busana muslim, seperti baju koko dan busana muslim hijab di zalora yang bisa kita pilih. Tentunya sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan kita. Tak lupa juga cari baju yang sesuai
dengan tuntunan syara'.
Oke,
selamat menyambut Ramadhan temans. Kita harus bahagia! Semoga kita
dipanjangkan umur hingga bulan Ramadhan dan semoga kita bisa menjaga
pahala puasa kita serta menjadi pribadi yang bertaqwa setelah
menjalani puasa di bulan ini.
Smoga puasa kita nanti berkah, amin
BalasHapusiya mba, Aaamiin :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapus