26 Maret 2012

Jasmin Siti dan Pendidikan di Negeri Kita

Minggu pagi kemarin, mataku tak lepas dari tayangan kabar pagi di TvOne. Pasalnya, di kabar pagi kali ini ada bincang-bincang dengan dua orang gadis kecil yang aku pikir luar biasa dan seorang Bapak (Lupa namanya ^^). Gadis kecil yang pertama namanya Siti. Hey! we have the same first name, girl :). Dia adalah seorang yatim berusia 7 tujuh tahun. Setiap hari, sepulang sekolah dia berjualan baso keliling kampung untuk menopang hidupnya dan ibunya. Tangan kanannya menjinjing termos nasi yang besar yang berisi baso dan kuahnya, sementara tangan kirinya menjinjing ember yang berisi mangkuk-mangkuk. Sungguh, ini adalah beban yang sangat berat untuk gadis seusianya. Innalillahi, subhanallah. Peristiwa ini merupakan sebuah musibah dan sebuah kebesaran Allah kurasa. Ini musibah karena sudah tak ada kah saudara, tetangga, dan lebih jauh lagi pemerintah yang mau menolongnya dan peduli akan nasibnya? Dan ini pun sebuah keMahabesaran Allah. Bagaimana gadis sekecil itu bisa berjuang keras demi hidupnya sementara di satu sisi banyak manusia-manusia yang dinilai dewasa tapi masih menengadahkan tangan pada orangtuanya.

sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=406073256074890&set=a.286135424735341.89048.224861154196102&type=3&theater

Gadis kecil yang kedua namanya Jasmin, aku sangat menyukai gadis kecil ini. Atractive dan lincah. Usianya 8 tahun, namun dia sudah memiliki kepeduliaan sosial yang tinggi terhadap lingkungannya. Dalam acara itu, ditayangkan bagaimana seorang Jasmin turun ke jalan untuk memberi makan para gelandangan. Great!

Dan terakhir si Bapak yang aku lupa namanya ^^. dia berperan sebagai penengah, atau apa ya? Ya intinya, dalam pemaparannya dengan melihat kehidupan Siti dan Jasmin, si Bapak memberi kesimpulan jika anak seperti Siti dan Jasmin tidak bisa dicetak oleh kurikulum pendidikan kita saat ini. Dan saya sangat setuju!

Bisa kita lihat sendiri faktanya, saat ini anak SD harus menguasai kurang lebih 16 mata pelajaran, anak SMP 20 mata pelajaran, dan anak SMA 24 mata pelajaran. Selain itu para peserta didik pun dituntut untuk melampaui standar nilai yang ditetapkan sekolah tanpa melihat batas kemampuan setiap anak yang berbeda-beda. Pengalaman saya waktu sekolah di SMA dulu tak jauh berbeda. Saya dan teman-teman dituntut untuk bisa melampaui batas nilai yang ditetapkan sedangkan ketetapan itu tak serta merta diikuti dengan pola mengajar yang baik dan sarana serta prasarana yang memadai. Wal hasil, jadilah kami, anak-anak yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. Karena pada dasarnya, kurikulum pendidikan sekarang lebih mengutamakan hasil akhir daripada proses.

Selain itu, kurikulum sekarang pun cenderung mematikan kreatifitas anak karena kebanyakan anak-anak dituntut menghafal bukan berpikir. Ketika anak-anak di hadapkan pada sebuah masalah, anak-anak dituntun untuk menyelesaikannya sama seperti dalam buku (text book) dan para pengajar tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Hasilnya anak-anak tidak berkembang.

Tayangan ini, banyak sekali memberikan masukan padaku untuk sedari dini mempersiapkan konsep yang baik dalam mendidik anak nanti. Sebagai orang tua yang baik, aku pun tak layak untuk menyerahkan sepenuhnya tanggungjawab mendidik anakku pada pihak sekolah.

Oya, tayangan ini dengan manis ditutup oleh hadirnya seorang Bapak yang bernama Hamka yang bersedia menjadikan Siti sebagai anak asuhnya dan aksi Jasmin memberikan bantuan kepada Siti. Andai saja semua orang mampu mempunyai kepedulian yang tinggi.

"Dari Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". (H.R.Bukhari dan Muslim).

2 komentar:

  1. wah teteh ganti kulit..

    Masya Alloh... andai saya bisa liat tayangannya langsung.. di youtube ada gak yah teh??

    iya bener teh, saya salut sma orang yg hidupnya susah tp rasa kepeduliannya sangat tinggi.. dan pendidikan yg teteh katakan bener stuju..
    dituntut nilai dan nilai. Dan saya rasa wajar jika hadirnya menyontek guru juga hrsnya tw dirilah..

    syukron sudah bisa berkenalan dgn teteh

    BalasHapus
  2. hampir tiap minggu saya ganti kulit ^^

    kurang tahu kalo di youtube, coba dicari aja de ^^

    syukron juga yaaa, semoga ukhuwahnya tetap terjalin :)

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming