Ini
adalah kisah perjalanan tiga orang bidadari yang perlahan meniti
jalan kehidupannya masing-masing. Mereka bukan bidadari-bidadari lupa
diri yang turun ke bumi hanya karena mencium parfum seorang lelaki.
Tapi mereka adalah bidadari air, bidadari tanah, dan bidadari udara.
Satu fase kehidupan membawa mereka pada ruang dan waktu yang sama.
Hingga pada akhirnya mereka berhasil menumbuhkan pohon persahabatan
berkat tanah, air, dan udara yang mereka miliki.
Bidadari
Tanah
Di
antara ke tiga bidadari ini, bidadari tanahlah yang terlihat paling
kokoh. Namun hanya terlihat. Karena padanyatanya, air hujan saja bisa
mengikis sedikit demi sedikit pertahanan hatinya. Dia adalah tempat
paling tepat untuk dijadikan pijakan. Dengan berbagai unsur hara yang
dimilikinya, dengan mudah dia menumbuhkan senyuman dan harapan pada
berjuta tanaman yang layu. Namun sayangnya, dia tak bisa menjadikan
dirinya lebih dari sekedar pijakan. Bahkan dia tak bisa berbuat
apa-apa ketika ada kaki tak bertanggung jawab yang menginjak-nginjak
senyumannya.
Ya,
seperti itulah bidadari tanah.
Dia
adalah bungsu dari tiga bersaudara. Sifatnya sangat ambisius. Mungkin
karena dia selalu dibandingkan dengan kakak-kakaknya, dia menjadi
liar, dan seolah ingin membuktiakan pada dunia jika dia bisa lebih
baik dari kakak-kakaknya. Tapi sifatnya ini adalah kelemahannya.
Harusnya dia sadar jika tak semua yang kita inginkan bisa terwujud.
Jika dia sedang terpuruk, dia terlihat seperti tanah berbatu yang
meraung-raung menginginkan teratai tumbuh di atasnya.
Pada
akhirnya kini dia telah bahagia hidup dengan kaktus. Yang meskipun
berduri dan terlihat membosankan, tapi di dalamnya tercipta air
kebahagiaan.
Bidadari
Air
Seperti
namanya, bidadari ini adalah bidadari yang paling bisa menempatkan
dirinya. Dia akan dengan mudah berinteraksi dengan siapa pun dan
dimana pun dia berada. Namun selayaknya air, dia akan terus mangalir
mengikuti arus. Sekali pun arus itu membawanya ke dalam comberan yang
menjijikan. Dia bidadari yang paling menyenangkan untuk dijadikan
sahabat. Ya, karena dia bisa menyerupai tempat apa saja yang
dijumpainya. Pada akhirnya, sifat ke-air-annya ini membawanya pada
sebuah tempat yang indah yang pada awalnya dia caci. Dia tak mau ada
di sana. Tapi arus tetap membawanya ke sana.
Kini, lihatlah
senyumannya yang merekah. Beningnya seolah mengatakan KINI TELAH
KUTEMUKAN DUNIAKU.
Bidadari
Udara
Udara,
apa yang kalian bayangkan jika mendengar kata ini? Tak terlihat, tak
tersentuh, namun bisa dirasakan. Ya, itulah dia. Dia bidadari yang
tak suka (tak bisa memperlihatkan dirinya). Dia lebih senang
bersembunyi pada selimut-selimut rasa malu yang sering membuatnya
rendah diri. Bidadari ini adalah bidadari yang selalu setia mendengar
dan merasakan keluh kesah siapa saja. Namun sayangnya, dia sendiri
tak bisa mengatakan pada dunia seperti apa perasaannya. Karena kalian
tahu bukan? Jika dia tak bisa bersuara.
Saat
hatinya dipenuhi kelembutan, dia adalah sosok yang bisa mendinginkan
benak dan hati siapa saja. Namun ketika amarahnya memuncak, dia
layaknya topan yang siap menerjang apa saja yang dilaluinya.
Kini
dia telah menemukan seseorang yang bisa mendengar suaranya bahkan
memperdengarkan suaranya ke setiap sudut. Dia adalah malam. Ya,
malamlah yang senantiasa mendengarnya menangis dan ikut tertawa
bersamannya, kemudian mengembunkan tangisan dan tawanya pada
rerumputan. Hingga, saat pagi mengunjungi hari, dia menjadi sosok
yang tak hanya bisa dirasakan, namun juga bisa dilihat.
****
bidadari gadungan yang numpang exis |
2
Maret 2012. Sampai kalender membawa dunia pada angka itu, ketiganya
masih menjaga pohon persahabatan yang tumbuh karena hakikat diri
mereka masing-masing. Kini mereka menyadari jika Pencipta mereka
selalu dan akan selalu memberi mereka yang terbaik. Meskipun pada
awalnya takdirNya menghanyutkan mereka pada rasa kecewa, tapi pada
akhirnya, aliran itu bermuara pada samudra kebahagiaan.
Mereka
bertiga selayaknya gadis kecil yang merutuki hujan di sore hari yang
membuatnya tak bisa berlarian. Namun setelahnya, terkembanglah
senyumannya. Karena selepas hujan, tercipta lengkung pelangi yang
memperindah setiap langkahnya.
aisssss.....huaaa pengen nangis....:D sukaaaa suka banget sama tulisannya...hahha bidadari tanah ya aku? hihihi :D
BalasHapushehhhe ^^
Hapusalhamdulillah kalo suka
dan aku masih mencari kaktus itu ais...:'(
BalasHapussemoga cepat ketemu dan berbunga yaaa kaktusnya ^^
Hapusbidadari ^^ lucuuuuu~
BalasHapusunyu-unyu kan mba? ;p
Hapuskunjungan balik mba :)
BalasHapussubhanallaah, I like it!
bidadari udaranya.....
hayooo yang ngerasa kayak bidadari udara ya mba??? ^^
Hapusaku bidadari apa ya?
BalasHapushehehe
btw, mudah-mudahan persahabatan yang tersirat dari foto itu bisa langgeng sampai kakek-nenek ^_^
asal jangan jadi bidadari lupa diri aja ya mba ^^
Hapusiya, jazakillah doanya. aaamiin allahuma aamin
hmmm........
BalasHapusini tentang persahabatn mbak???
mba jadi bidadari apa???
iyaaa. ayo tebak, bidadari apa yaaa?
BalasHapus